Blog

Indonesia Perlu Sampaikan Sikap untuk Menghormati Perubahan Hagia Sophia

Indonesia Perlu Sampaikan Sikap untuk Menghormati Perubahan Hagia Sophia

Di tengah kritik dari dunia barat atas perubahan kembali status Hagia Sophia menjadi masjid, Fadli Zon meminta semua pihak untuk saling menghormati, terutama menghormati kedaulatan Turki.

“Republik Turki modern bagaimanapun menyandarkan identitas sejarahnya pada Kekhalifahan Usmani, daripada kepada Kekaisaran Bizantium, atau Romawi Timur, yang secara historis dan kultural kini menjadi Yunani.” ujar politikus Partai Gerindra Fadli Zon lewat akun twitter @fadlizon, Kamis (16/7/2020).

Selain karena faktor identitas sejarah tadi, menurut Fadli ada empat alasan kenapa dunia internasional wajib menghormati pengembalian status Hagia Sophia menjadi masjid tadi.

Pertama, keputusan perubahan status Hagia Sophia lahir dari sebuah proses hukum yang konstitusional. Konversi status Hagia Sophia merupakan hasil dari putusan Dewan Negara atas tuntutan yang diajukan oleh Asosiasi Artefak Sejarah dan Lingkungan di Turki, yang meminta pembatalan keputusan Dewan Kabinet 1934 atas status museum Hagia Sophia yang dinilai ilegal.

“Sehingga, dengan adanya putusan pengadilan tinggi tersebut, maka tindakan yang diambil oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid,  sesuai dengan hukum Turki. Dan ini wajib dihormati oleh semua pihak, termasuk oleh komunitas internasional,” tambah Fadli.

Kedua, sebagai negara berdaulat, Turki memiliki hak untuk mengatur urusan yang berada di dalam yurisdiksi domestiknya. Dalam hal ini, persoalan status Hagia Sophia adalah murni urusan domestik pemerintah dan masyarakat Turki. Sehingga secara politik, Turki, sebagaimana negara berdaulat lainnya, memiliki hak penuh untuk mengatur dan menentukan urusan domestiknya tanpa campur tangan negara lain.

Ketiga, kecaman sejumlah pihak yang memandang perubahan status ini sebagai sebuah tindakan provokasi, tentu bukanlah pandangan tepat. Meskipun Hagia Sophia terdaftar statusnya sebagai Situs Warisan Dunia, namun kewenangan penentuan status fungsi dan peruntukannya sepenuhnya berada di tangan Turki sebagai negara berdaulat penuh atas Hagia Sophia.

Keempat, sebagai bagian dari komunitas internasional, Turki saya kira telah memberi ruang moderasi bagi golongan lain dengan tetap membuka Hagia Sophia bagi semua pengunjung, artinya terbuka bagi berbagai golongan dan agama.

“Saya kira, itu adalah bentuk penghormatan Turki kepada sejarah dan komunitas internasional.” Kata Fadli.

Terkait dengan polemik ini, sebagai negara Muslim terbesar, Fadli menilai Indonesia perlu menyampaikan sikapnya secara terbuka untuk menghormati perubahan status Hagia Sophia dan mendorong Turki untuk benar-benar mempertahankan keterbukaan akses bagi semua golongan atas situs bersejarah tersebut.

“Sebagai negara muslim terbesar yang menganut politik luar negeri bebas aktif, serta tengah duduk di posisi-posisi strategis, sikap dan pernyataan Indonesia pastinya akan sangat didengar oleh negara-negara Barat dan organisasi internasional, serta akan memberikan nilai tambah tersendiri bagi profil Indonesia di mata dunia internasional.” Pungkas Fadli.

Sumber

Fadli Zon Sebut Bagian Mana yang Perlu Dikritik dari Kerja Menhan Prabowo

Fadli Zon Sebut Bagian Mana yang Perlu Dikritik dari Kerja Menhan Prabowo

Mungkin hanya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang luput dari kritik tajam Anggota Komisi I DPR RI Fadli Zon. Secara blak-blakan, Fadli mengungkap alasan kenapa dirinya tidak pernah mengkritisi kinerja Menhan. 

Menurutnya, bukan lantaran Prabowo merupakan ketua umum Partai Gerindra dan kebetulan ia menduduki posisi sebagai salah seorang wakil ketua umum.

“Nah, saya ingin tanya sama Anda, di bagian mana yang perlu kita kritik dulu coba. Kalau kementerian pertahanan,” demikian respons Fadli ketika ditanya kenapa dirinya tidak pernah mengkritik Menhan Prabowo.

Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada Fadli dalam program NGOMPOL (Ngomongin Politik) yang tayang di channel YouTube JPNN.com, Selasa (14/7). Lalu sesempurna apakah Prabowo sampai tidak pernah dikritik oleh Fadli?

“Tidak ada yang sempurna, cuma kebetulan kan Pak Prabowo mengoreksi beberapa kebijakan sebelumnya. Beliau misalnya mau orientasi pada pembelian alutsista di dalam negeri, kan bagus. Masa saya mau kritik. Saya belum melihat ada yang menonjol perlu dikritik,” tutur Fadli.

Saat disinggung soal ribut-ribut masuknya kapal-kapal ikan Tiongkok ke Natuna beberapa waktu lalu, di mana publik sempat mempertanyakan sikap Menhan, Fadli menegaskan bahwa Prabowo ingin realistis.

“Lho, ya Pak Prabowo kan realistis, bukan hanya sekadar ayo kita lawan. Bukan begitu. Karena kita harus realistis yang kita hadapi apa? Pak Prabowo maunya kita perkuat (pertahanan), bukan sekadar teriak-teriak ayo kita lawan China,” tambahnya.

Sumber

Pandemi, Momentum Transisi ke Energi Terbarukan

Pandemi, Momentum Transisi ke Energi Terbarukan

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, menilai ada berkah di balik pandemi saat situasi karantina maupun semi-karantina di berbagai belahan dunia. Fadli mengharapkan agar pandemi coronavirus disease (Covid-19) dapat menjadi momentum transisi kepada penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih masif.

Beberapa studi yang diterbitkan di sejumlah tempat termasuk arxiv.org yang dikelola oleh Cornell University pada beberapa bulan awal tahun 2020 menurunkan emisi karbon dunia hampir 8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Ini menunjukkan pengurangan sementara dari energi berbasis fosil via transportasi darat dan udara dan juga permintaan energi listrik menghasilkan kualitas udara yang lebih bersih,” terang Fadli, saat menjadi panelis dalam diskusi International Renewable Energy Agency (IRENA) Legislators Dialogue, yang digelar secara virtual, dikutip Selasa (14/7/2020).

Melihat situasi tersebut, penggunaan EBT memberi peluang untuk tetap produktif dan sehat karena terbebas dari polusi karbon pada saat yang bersamaan. Kendati demikian, tantangan pengembangan EBT tidaklah mudah. Terutama saat pandemi Covid-19.

“EBT mendapat kompetisi dari turunnya harga minyak dunia, yang membuat mereka lebih menguntungkan secara ekonomi. Selain itu, krisis lanjutan dari pandemi membuat bisnis EBT mengalami guncangan baik dari sisi rantai pasokan, interaksi para pekerja hingga situasi keuangan,” urai politisi Gerindra itu.

Karena itu, lanjut Fadli, pemerintah perlu melakukan intervensi dan memberi fokus ekstra atas stimulus agar industri EBT tetap bertahan saat krisis. Dampaknya, pencapaian target bauran energi EBT sebesar 23 persen dari total penggunaan energi pada 2025 akan semakin sulit. “Status saat ini yang sekira 9 persen saja sudah berat,” sambungnya.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan sejumlah stimulus seperti subsidi untuk penggunaan biodiesel dan biaya surcharge untuk penggunaan solar, relaksasi tanggal operasional secara komersil, penjadwalan ulang pembayaran utang, hingga perpajakan.

Indonesia juga merencanakan percepatan dan desentralisasi proyek EBT di pemerintahan seperti pembangunan PLTS di Gedung Pemerintah atau penyimpanan ikan hingga pembangkit listrik tenaga matahari dan mikro-hidro secara off-grid di sejumlah daerah.

“Tetapi itu belumlah cukup. Indeks Stimulus Hijau yang diterbitkan vivideconomics, perusahaan konsultan ekonomi hijau berbasis di London, menempatkan Indonesia di urutan terbawah dari 16 negara ekonomi besar,” beber Anggota Komisi I DPR RI itu.

Fadli menambahkan, pembahasan RUU EBT yang menjadi inisiatif DPR dan prioritas legislasi 2020 dapat menjadi pintu masuk menyiapkan segala pengaturan yang diperlukan demi industri EBT yang ramah investasi dan berkelanjutan. RUU diharapkan mendorong bisnis EBT berada dalam arena main yang setara dengan bisnis energi fosil.

“Pandemi ini jadi semacam blessing in disguise juga bagi DPR. Dengan situasi krisis seperti saat ini, kami dapat memiliki perspektif baru terkait pengembangan EBT khususnya hal apa yang perlu disiapin dalam situasi krisis,” pungkas legislator dapil Jawa Barat V itu.

IRENA Legislators Dialogue, merupakan dialog antar-anggota parlemen kali pertama yang digelar badan energi terbarukan dunia tersebut. Agenda utama dialog tersebut adalah EBT sebagai pengungkit layanan dalam merespon pandemic COVID-19. Sesi panel yang diikuti Fadli Zon adalah berkaitan dengan Shaping renewables in the new world after COVID-19 Pandemic.

Hadir dalam kesempatan tersebut juga Dirjen IRENA, Mr. Fransesco La Camera; Komisioner ECOWAS untuk Energi dan Pertambangan, Mr. Douka Sediko dan sejumlah panelis lain termasuk Ketua Global Renewable Congress, Ms. Barbel Hohn; Direktur Eksekutif Climate Parliament, Sergio Missama dan sejumlah anggota parlemen dari Kenya dan juga Nigeria.

Sumber

Pemimpin yang Mengerti Sejarah dan Visioner

Pemimpin yang Mengerti Sejarah dan Visioner

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen Fadli Zon kembali memuji Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan.

Pasalnya, setelah mengubah Hagia Sophia dari museum menjadi masjid, Erdogan bersumpah akan membebaskan Masjid Al Aqsa.

“Luar biasa @RTErdogan,” twif Fadli di akun Twittsr @fadlizon dilihat Selasa (14/7).

Mantan wakil ketua DPR ini menilai Erdogan merupakan sosok pemimpin yang sangat memahami sejarah.

Menurut Fadli Zon, Erdogan merupakan pemimpin visioner. “Pemimpin yg mengerti sejarah n visioner,” kata Fadli.

Sebelumnya, Fadli juga memberikan pujian kepada Erdogan.

Anak buah Prabowo Subianto di Partai Gerindra itu memuji keputusan luar biasa Turki di bawah Erdogan.

“Turki luar biasa, Hagia Sophia kini menjadi masjid. Allahu Akbar!” twit Fadli di akun Twitter @fadli, dilihat Minggu (12/7).

“Terima kasih @RTErdogan,” lanjutnya.

Seperti diketahui, Pengadilan Turki pada Jumat lalu mengumumkan pembatalan kebijakan Mustafa Kemal Ataturk yang mengalihfungsikan Hagia Spohia menjadi musem pada 1934.

Presiden Erdogan kemudian menetapkan Hagia Sophia menjadi masjid dan ibadah pertama akan dilakukan 24 Juli 2020.

Keputusan Erdogan itu menuai reaksi internasional. Namun, Erdogan bergeming.

Sumber

Azan Berkumandang Lagi Di Hagia Sophia, Fadli Zon: Allahu Akbar, Terima Kasih Erdogan!

Azan Berkumandang Lagi Di Hagia Sophia, Fadli Zon: Allahu Akbar, Terima Kasih Erdogan!

Kumandang Azan kembali terdengar dari Hagia Sophia, Istanbul, Turki pada Sabtu (11/7) waktu setempat. Rasa syukur mengiringi pengembalian fungsi bangunan bersejarah itu menjadi masjid kembali.

Pujian tinggi turut disampaikan oleh Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang pada Jumat (10/7) mengumumkan Hagia Sophia dibuka kembali menjadi masjid.

Turki luar biasa, Hagia Sophia kini menjadi masjid. Allahu Akbar! Terima kasih Recep Tayyip Erdogan,” ujarnya dalam akun Twitter pribadi.

Pada Jumat kemarin, pengadilan tinggi Turki telah memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia menjadi museum pada 1934 adalah melanggar hukum. Artinya, keputusan kabinet Turki tahun 1934 dibatalkan.

Pengadilan juga memutuskan bahwa situs warisan dunia itu harus dibuka kembali untuk ibadah muslim.

Pada awal pendiriannya, Hagia Sophia merupakan sebuah gereja Ortodoks Yunani. Kemudian berubah menjadi masjid saat direbut oleh Sultan Utsmani, Mehmet Sang Penakluk.

Namun pada tahun 1934, fungsinya diubah oleh Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk menjadi museum.

Sumber

Perlu Terobosan Selesaikan Konflik Palestina-Israel

Perlu Terobosan Selesaikan Konflik Palestina-Israel

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon menyatakan, diperlukan terobosan di dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel, terutama dengan cara memaksa Israel untuk tunduk pada aturan global dengan cara memberikan tekanan yang lebih kuat kepada Israel, antara lain yaitu dengan melakukan isolasi (pengucilan) secara politik, ekonomi dan sosial di tingkat regional dan global.

“Isu Palestina merupakan concern dan aspirasi dari sebagian besar rakyat Indonesia, terutama dalam rangka menjalankan amanat konstitusi kita. Palestina adalah termasuk (negara) yang mengakui kemerdekaan kita sejak awal,” ucap Fadli Zon dalam acara webinar yang mengangkat tema Melawan Aneksasi Israel Atas Wilayah Palestina, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (10/7).

Politisi Partai Gerindra ini menyampaikan, untuk menyikapi dari rencana aneksasi terbaru oleh Israel atas wilayah Palestina, meski kabar terakhir memang terjadi penundaan, DPR, dalam hal ini BKSAP, menginisiasi untuk dilakukan joint state.

“Sudah ditandatangani sekitar 242 anggota parlemen, termasuk Amerika, Inggris, negara-negara Timur Tengah, dan beberapa ketua parlemen. Kita berharap ini adalah bagian dari diplomasi parlemen untuk melakukan kampanye penolakan terhadap aneksasi Israel secara lebih global. Di Uni Eropa ini juga sudah berjalan cukup masif. Saya yakin ini mempunyai kontribusi dalam menekan rencana Israel tersebut,” ujar Fadli.

Diplomasi parlemen yang dilakukan DPR, dalam hal ini BKSAP, sambungnya, telah dilakukan juga di beberapa forum parlemen dunia. Dikatakannya, terkait Palestina, hampir tidak ada perbedaan pandangan, semua elemen masyarakat di Indonesia ingin memperjuangkan nasib rakyat Palestina, termasuk di tingkat parlemen.

“Persoalan dan isu Palestina serta rencana aneksasi Israel ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Aneksasi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun sebenarnya, tepatnya sejak tahun 1948. Dan kemudian juga ada perang 6 hari. Pihak Israel secara bertahap melakukan upaya-upaya aneksasi sehingga luas teritorial Palestina menjadi menyempit,” jelasnya.

Dilansir laman dpr.go.id, Fadli mengatakan, perjanjian antara Palestina-Israel yang sudah diupayakan seolah seperti dimentahkan oleh berbagai perjanjian-perjanjian terakhir. “Israel memang tidak punya itikad baik untuk bernegosiasi dan berdamai, apalagi rezim yang saat ini berkuasa adalah rezim sayap kanan,” tandasnya.

Menyoal kredibilitas PBB, lanjut Fadli, sebagai institusi antar pemerintah, terutama Dewan Keamanan, hak veto PBB sering kali menyelamatkan Israel dari sanksi global. “Tuntutan reformasi atas PBB, khususnya Dewan Keamanan, untuk bisa lebih demokratis dan akomodatif memang harus menjadi bagian perjuangan diplomasi kita,” pungkasnya.

Turut menjadi pembicara dalam acara webinar itu yakni Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian A Ruddyard, Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia Yon Machmudi, dan Civil Society, Sahabat Al Aqsha Dzikrullah. Acara tersebut juga dimoderatori  Wakil Ketua BKSAP DPR Mardani Ali Sera.

Sumber

Buronan Pembobol BNI Ditangkap, Fadli Zon: Karena Takut Direshuffle?

Buronan Pembobol BNI Ditangkap, Fadli Zon: Karena Takut Direshuffle?

Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Fadli Zon mengkritisi mengenai langkah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly terkait dalam menangani buronan pembubolan Bank BNI Maria Lumowa.

Fadli Zon mencontohan, ada penanganan berbeda antara Maria Lumowa dengan buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali Djoko Tjandra.

“Mesti‎ penanganan terhadap masalah buronan ini standarnya jelas. Bukan sekadar selera dan juga treatment yang berbeda-beda,” ujar Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (9/7).

Menurut Fadli, di satu sisi Djoko Tjan‎dra dengan mudahnya mendapatkan e-KTP. Namun di satu sisi ada treatment khusus bagi Maria Lumowa.

“Jadi kelihatan sekali ada perbedaan yang satu mudah lolos dan mendapatkan e-KTP. Ini juga ada satu lagi treatment khusus,” katanya.

Oleh sebab itu, Fadli berujar jangan sampai persepsi masyarakat timbul penanganan suatu kasus hanya bagian dari pencitraan saja. Sehingga harus jelas penanganan terhadap buronan ini.

“Jangan sampai nanti orang menduga karena orang berlomba-lomba menonjolkan prestasi karena takut direshuffle gitu,” ungkapnya.

Diketahui, Maria Pauline Lumowa merupakan salah satu tersangka pelaku pembobolan kas Bank BNI Cabang Kebayoran Baru senilai Rp 1.7 triliun lewat letter of credit (L/C) fiktif.

Kasusnya berawal pada periode Oktober 2002 hingga Juli 2003. Ketika itu Bank BNI mengucurkan pinjaman senilai 136 juta dollar AS dan 56 juta euro atau sama dengan Rp 1.7 triliun dengan kurs saat itu kepada PT Gramarindo Group yang dimiliki Maria Pauline Lumowa dan Adrian Waworuntu.

Aksi PT Gramarindo Group diduga mendapat bantuan dari ‘orang dalam’ karena BNI tetap menyetujui jaminan L/C dari Dubai Bank Kenya Ltd, Rosbank Switzerland, Middle East Bank Kenya Ltd, dan The Wall Street Banking Corp yang bukan merupakan bank korespondensi Bank BNI.

Pada Juni 2003, pihak BNI yang curiga dengan transaksi keuangan PT Gramarindo Group mulai melakukan penyelidikan dan mendapati perusahaan tersebut tak pernah melakukan ekspor.

Dugaan L/C fiktif ini kemudian dilaporkan ke Mabes Polri, tetapi Maria Pauline Lumowa sudah lebih dahulu terbang ke Singapura pada September 2003, sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh tim khusus yang dibentuk Mabes Polri.

Sumber

Jangan Jadikan BUMN ‘Kuda Troya’ untuk Berutang

Jangan Jadikan BUMN ‘Kuda Troya’ untuk Berutang

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, khawatir BUMN terjebak dalam krisis utang dan terpuruk akibat kesalahan tata kelola utang Pemerintah dalam lima tahun terakhir.

Ia mengatakan pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan saat negara tak punya duit sangatlah berbahaya. Apalagi jika BUMN dimanfaatkan untuk jadi sumber dana pembangunan proyek pemerintah.

“Selama lima tahun kemarin, pengawasan DPR RI atas utang Pemerintah ini telah di-‘bypass’ lewat pengalihan utang ke BUMN. Perusahaan plat merah ditugasi untuk membangun proyek-proyek Pemerintah, tapi duitnya disuruh cari sendiri,” kata Fadli Zon dalam keterangannya, yang dikutip MONITOR.

Waketum DPP Gerindra ini mengatakan, model pembangunan yang manipulatif ini tak seharusnya diteruskan. Terbukti, kata dia, BUMN saat ini akhirnya terjebak dalam pusaran utang yang bisa memperburuk krisis.

“Saya kira, ke depan Pemerintah tak boleh lagi menjadikan BUMN sebagai ‘kuda Troya’ untuk berutang, terutama utang luar negeri,” tegasnya.

Sumber

Ketua BKSAP DPR Fadli Zon Tegaskan Menolak Aneksasi Wilayah Palestina

Ketua BKSAP DPR Fadli Zon Tegaskan Menolak Aneksasi Wilayah Palestina

Badan Kerja Sama Antar Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat(BKSAP DPR) terus menggalang dukungan dari anggota parlemen negara lain untuk menolak rencana aneksasi wilayah Palestina oleh Israel.

Ketua BKSAP DPR Fadli Zon mengatakan saat ini sudah ada 242 anggota parlemen di seluruh dunia menandatangani penolakan yang diinisiasi parlemen Indonesia. Mereka yang menandatangani berasal dari berbagai parlemen dunia, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara di Timur Tengah.

Bahkan, politisi Partai Gerindra itu mengungkapkan ada unsur pimpinan parlemen yang ikut tanda tangan, yakni Qatar dan Kuwait. “Ini bagian diplomasi parlemen untuk menolak aneksasi Israel secara global. Bahkan di Uni Eropa pun masif. Saya yakin ini berkontribusi untuk menekan upaya Israel,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Melawan Aneksasi Israel Atas Wilayah Palestina”, Jumat (10/7/2020).

Fadli menerangkan pihaknya mengampanyekan penolakan ini di berbagai forum internasional, seperti Inter-Parliamentari Union (IPU), Asean Inter Parliamentary Asembly (AIPA), dan Parliamentary Union of Islamic Countries (PUIC). Lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menerangkan isu aneksasi wilayah Palestina bukan pertama kali terjadi. “Aneksasi sudah berlangsung puluhan tahun sejak 1948 hingga perang enam hari. Pihak Israel secara bertahap melakukan aneksasi sehingga luas teritorial Palestina menyempit,” tuturnya.

Sekarang, Israel kembali mewacanakan aneksasi sebagai bagian dari Deal of Century dengan Amerika Serikat. Fadli menyebut proposal Deal of Century ini merupakan sebuah kemunduran dalam usaha melakukan perdamaian di Tepi Barat. “Proposal dari Deal of Century harus, kita tolak secara keras. Israel tidak punya etikad baik untuk berdamai. Dalam DK PBB, veto sering kali menyelamatkan Israel dari sanksi global,” paparnya.

Fadli menjelaskan beberapa alasan menolak Deal of Century, antara lain, tidak melibatkan Palestina, aneksasi semua permukiman, situs keagamaan di Yerusalem dibawah kendali Israel, dan pengungsi Palestina tidak dapat kembali. Jika aneksasi dilakukan Israel, diprediksi akan meningkatkan kekerasan dan mendorong perang terbuka. ”Diperlukan terobosan untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel, terutama memaksa Israel tunduk pada aturan internasional. Perlu ada pengucilan politik dan ekonomi di tingkat global,” katanya.

Sumber

Ingatkan Jokowi Soal Utang BUMN, Fadli Zon: Ini Bisa Picu Krisis Besar

Ingatkan Jokowi Soal Utang BUMN, Fadli Zon: Ini Bisa Picu Krisis Besar

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menilai ada tiga kondisi fundamental yang memicu terjadinya krisis finansial pada tahun 1997/1998, yaitu gagal bayar utang korporasi, turunnya modal masuk, dan sistem keuangan yang rentan.

Dia khawatir, saat ini dimasa pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amien, kondisi yang sama akan terjadi. Hal itu karena adanya krisi utang dan risiko gagal bayar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menurut Fadli, BUMN yang seharusnya bisa jadi alat intervensi negara di dalam perekonomian, kini malah menghadapi risiko gagal bayar yang serius akibat kesalahan Pemerintah dalam lima tahun terakhir.

Dia membeberkan, menurut data Bank Indonesia (BI), dalam lima tahun terakhir total utang luar negeri seluruh BUMN terus mengalami kenaikan. Hingga April 2020, nilai utang luar negeri BUMN mencapai US$55,3 miliar, atau setara Rp775 triliun (kurs Rp14 ribu).

“Jumlah mencapai lebih dari seperempat total utang luar negeri swasta yang mencapai US$207,8 miliar. Padahal, pada 2014, total utang BUMN masih ada di angka US$30,7 miliar,” ujar Fadli Zon melalui siaran persnya, Kamis (9/7).

“Pandemi Covid-19 membuat kondisi tadi jadi lebih buruk, pendapatan hampir seluruh BUMN pasti tergerus, sementara jumlah utang jatuh tempo jumlahnya tak sedikit.” Sambungnya.

Dia melanjutkan, sebagai catatan, antara bulan Mei hingga Desember 2020, ada 13 BUMN yang memiliki obligasi jatuh tempo.

Yang paling besar nilainya adalah Bank Tabungan Negara (BTN), yaitu Rp5,4 triliun, disusul Pupuk Indonesia, senilai Rp4,1 triliun. Kalau BUMN menghadapi risiko gagal bayar, pemulihan ekonomi kita akan kian sulit.” Katanya.

Kasus paling mencolok adalah Garuda Indonesia, sambung Fadli Zon, pada 3 Juni lalu mereka seharusnya membayar utang sukuk global US$500 juta, namun terpaksa harus merestrukturisasinya.

Hal serupa jg terjadi pada BUMN karya, yg pertumbuhan utangnya jauh lebih besar dari labanya. Adhi Karya, misalnya, tahun 2019 lalu pertumbuhan utangnya mencapai 20 persen, sementara labanya hanya naik 3,1 persen. Artinya, kenaikan utang tersebut tidak seimbang dengan pertumbuhan laba perseroan.

“Tak heran jika kemudian BUMN terpaksa harus menjual aset untuk menutupi utang. Waskita Karya, misalnya, yang memiliki utang mencapai Rp89 triliun, akan melepas empat ruas jalan tahun ini, yaitu Tol Becakayu, Tol Kanci-Pejagan, dan Tol Pejagan-Pemalang.” Ujar Fadli Zon.

Dia mengatakan, pada zaman orde baru membangun infrastruktur saat negara sedang menikmati rejeki nomplok “Oil Boom”. Begitu juga di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SB) yang saat itu menikmati booming harga komoditas.

“Nah, Presiden Jokowi ingin membangun berbagai infrastruktur fisik, yang sebagian besarnya berupa infrastruktur konsumtif seperti jalan tol dan bandara, saat negara tak punya pemasukan. Akhirnya, BUMN kita yang dijadikan korbannya. Mereka dipaksa untuk membangun dengan jalan mencari utangan.” Katanya.

Saya kira ini harus diperhatikan betul. Jangan sampai BUMN justru jadi katalis, bahkan menjadi pemicu bagi terjadinya krisis yang lebih besar.” Sambung dia

Sumber