Blog

Fadli Zon Luncurkan Buku Kisah Idris Sardi

Fadli Zon Luncurkan Buku Kisah Idris Sardi


Politisi Partai Gerindra, Fadli Zon akan meluncurkan sebuah buku yang berkisah mengenai perjalanan hidup maestro biola Indonesia, Idris Sardi. Buku bertajuk“IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia” adalah hasil wawancara dengan Idris Sardi dan riset terhadap sejumlah dokumen tulisan dan foto sekitar setahun belakangan.

Peluncuran buku akan dihelat di Hotel Kartika Chandra malam nanti pukul 19.30 WIB. Karya tulis ini menceritakan perjalanan seorang maestro biola, komponis, dan ilustrator musik Indonesia yang luar biasa bernama Idris Sardi. Buku juga dilengkapi CD musik perjalanan Idris Sardi yang merupakan sedikit cuplikan karya.

Idris Sardi lahir pada Selasa, 7 Juni 1938, di rumah sakit Budi Kemuliaan, Batavia (Jakarta). Ia mewarisi darah seni dari kedua orang tuanya. Ayahnya, Mas Sardi, adalah pemusik yang bisa memainkan lagu klasik maupun jazz, serta menguasai berbagai alat musik, antara lain saksofon, klarinet dan piano. Mas Sardi tercatat sebagai illustrator musik film pertama di Hindia Belanda tahun 1930-an. Sedangkan Ibunya, Hadidjah, adalah pemain film terkenal pada era 1936.

Perjalanan musik Idris Sardi berawal pada usia 5 tahun. Idris harus bangun pagi pukul 05.00 untuk mendengar dan menyaksikan ayahnya memberi contoh tangga nada dan nada panjang. Pada usia 7 tahun, untuk mengenal nada-nada, Idris mendapat tambahan teori musik dan piano. Di usia 9 tahun, barulah Idris secara resmi mulai memainkan biola. Ketika itu, Idris memakai biola ayahnya yang agak besar bagi lengan dan jari-jarinya. Mas Sardi membimbing Idris berlatih dengan disiplin ilmu musik klasik dan disiplin waktu yang ketat.

Tak ada yang menyangka, ternyata masa kanak-kanak Idris Sardi jauh dari kata bahagia. Masa kecil seperti di lumpur becek, begitulah Idris sering menjuluki sendiri fase hidup masa kecilnya yang berat.

Aneh memang, keras dan tegasnya sang ayah itu hanya ditujukan padanya seorang, tidak pada adik-adiknya. Pada usia 10 tahun, Idris diterima sebagai mahasiswa luar biasa di Sekolah Musik di Yogyakarta. Nikolai Varfolomeyev (pimpinan Sekolah Musik) sudah jatuh cinta tanpa ampun. Perjalanan Idris Sardi menimba ilmu di Yogyakarta terbentang dari akhir tahun 1949-1953.

Selama di Yogyakarta, Idris tinggal di Kampung Musikanan, di sebelah kanan Siti Hinggil, bagian dari halaman Keraton Yogyakarta. Setiap hari minggu pagi, Idris membuka siaran RRI Yogyakarta. Ia juga bermain di Orkes Simfoni Sekolah Musik Yogyakarta. Humoresque salah satu repertoar yang pernah ia mainkan disana.

Pada 23 Oktober 1953 (tepat 59 tahun lalu), ayah Idris Sardi meninggal dunia. Sebagai anak sulung, beban ekonomi keluarga berpindah ke pundaknya. Jalan hidupnya berubah. Yogyakarta dan mimpi sekolah di konservatorium Eropa ditinggalkannya. Idris membuat lagu pertamanya Gundah Gulana yang mengalir begitu saja untuk mengenang kematian sang ayah, Mas Sardi.

Pada usia 15 itu juga, Idris menjadi concertmaster di Orkes Studio Djakarta (OSD) pimpinan Saiful Bahri.

“Ketika itu, Idris bukan hanya concertmaster termuda di Indonesia, melainkan juga di dunia” kata Suka Hardjana.

Dua kali seminggu, Idris ke Yayasan Pendidikan Musik (YPM) mendapatkan bimbingan dari Hendriek Tordasi. Pada akhir 1953, Idris beralih memainkan musik klasik ke musik khas Nusantara. Akhir tahun 1959, Idris Sardi beralih dari dunia musik biola serius idolisme Jascha Heifetz ke komersialisasi Helmut Zacharias. Pada 1962, Idris bersama Bing Slamet dan kawan-kawan membentuk group band Eka Sapta.

Tak hanya muncul di acara-acara umum, Eka Sapta juga pernah bekerja sama dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan Korps Komando Angkatan Laut (KKO) untuk mendekatkan ABRI dengan rakyat dalam acara Malam Eka Sapta Non Stop Revue di berbagai kota di Sumatera dan Jawa. Masih di tahun 1962, Presiden Soekarno mengirim Idris sebagai salah satu musisi yang pergi ke Irian Barat, menjalankan Misi Kesenian Trikora III selama satu bulan.

Pada 1966, Idris menderita penyakit maag kronis. Ia pun tinggal bersama keluarga pejuang, Mr. Ahmad Soebardjo. Idris mendapatkan sentuhan kasih sayang. Idris kemudian menikah dengan Zerlita. Mereka mempunyai tiga anak: Santi Sardi, Lukman Sardi, dan Ajeng Sardi.
Perjalanan Idris Sardi menggarap musik film bermula pada 1953. Ketika itu Idris ikut sebagai pemain musik untuk film produksi Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) karya Usmar Ismail dengan ilustrator musik Tjok Sinsu dan Saiful Bahri. Film yang digarap antara lain Tamu Agung (1955), dan Tiga Dara (1956). Idris juga menjadi pemain musik berbagai film produksi Persari (Persatuan Artis Indonesia) pimpinan Djamaluddin Malik, dengan ilustrator Soepilin.

Terbius Pesona Jokowi

Terbius Pesona Jokowi

Jakarta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) langsung turun ke masyarakat sejak hari pertama kerjanya. Tak pelak, masyarakat DKI Jakarta benar-benar terbius pesona sang gubernur yang luwes dan merakyat ini.

Setelah resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2012 lalu, Jokowi memang bergerak cepat. Kini setelah sepekan lebih Jokowi bekerja keras, masyarakat DKI Jakarta benar-benar terbius dengan pesona gaya kepemimpinan Jokowi yang sangat khas.

“Sangat beralasaan masyarakat menjadi terpesona oleh kinerja Pak Jokowi. Masyarakat memang sudah lama mengharapkan pemimpin yang mudah mereka lihat di lapangan, mudah diakses dan mungkin bertatap muka langsung,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, kepada detikcom, Selasa (23/10/2012).

Pada hari pertama kerjanya, Jokowi langsung mengunjungi kampung-kampung kumuh di bantaran sungai dan pinggir rel Kereta Api. Jokowi juga langsung menggelar pertemuan dengan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan untuk membahas rencananya membangun rumah susun deret di pinggir rel Kereta Api. Dahlan Iskan pun menegaskan dukungannya.

Jokowi memulai hari keduanya pada Rabu (17/10) sangat pagi, yakni pukul 07.30 WIB. Jokowi pun mengelilingi perkampungan di seluruh Jakarta. Pada hari ketiganya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi melakukan pertemuan khusus dengan Mensos Salim Segaf Al Jufri dalam rangka merevitalisasi kawasan kumuh di sekitar Ciliwung. Sementara Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terus melakukan sidak di sejumlah titik.

Jokowi dan Ahok pun terus mendekatkan diri dengan masyarakat dalam upaya merealisasikan janji-janji kampanyenya. Keduanya menggelar pertemuan intens dengan pihak terkait menyangkut realisasi monorel. Kemudian pada hari kelima kerjanya (20/10), Jokowi menggelar pertemuan dengan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz untuk membahas rencananya membangun kampung deret di bantaran sungai.

Di hari keenam (21/10), Jokowi menggelar pertemuan dengan Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Mari Elka Pangestu. Jokowi pun menyampaikan niatnya membangun creative public space di kawasan Kota Tua. Jokowi pun kian dikenal masyarakat Jakarta.

Melihat gerak cepat Jokowi yang semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat Jakarta, Fadli semakin yakin persoalan di Jakarta akan cepat diatasi.

“Saya kira bagus ya Jokowi dan Basuki langsung bekerja dan langsung menyentuh titik-titik persoalan. Pemimpin yang bijak itu tidak ada di balik meja tapi melihat langsung. Dengan begitu dia bisa langsung merasakan dan bisa langsung mencari solusinya. Mereka bekerja cukup bagus,” ujar Fadli optimistis.

Di hari ke delapan bekerja, pada hari ini, Jokowi melakukan sejumlah inspeksi mendadak ke sejumlah kantor Kelurahan dan Kecamatan di DKI Jakarta. Ternyata pelayanan masyarakat di Jakarta belum optimal, terbukti loket pelayanan masyarakat di kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kelurahan Senen belum dibuka saat Jokowi melakukan sidak pada pukul 08.00 WIB. Jokowi pun akan mengumpulkan camat dan lurah se-Jakarta untuk mengajari cara melayani warga.

Untuk persoalan ini, Fadli menilai reformasi birokrasi mendesak dilakukan. “Birokrasi di DKI harus mengikuti langgam dari Jokowi-Basuki, mereka harus mengikuti, jangan sampai lokomotifnya cepat, namun gerbongnya tertinggal. Penataan birokrasi di DKI ini penting, birokrasi harus melayani bukan minta dilayani,” ujarnya.

Meskipun demikian tugas Jokowi membenahi Jakarta tidaklah mudah. “Ini kan bukan pekerjaan seperti membalik telapak tangan,” tandasnya.

Buku Perjalanan Maestro Biola Idris Sardi

Buku Perjalanan Maestro Biola Idris Sardi


Pemain biola senior Tanah Air, Idris Sardi, meluncurkan buku biografi tentang karirnya di dunia musik. Buku yang ditulis oleh politisi-budayawan Fadli Zon berjudul Idris Sardi, Perjalanan Maestro Biola Indonesia. Diluncurkan di Hotel Kartika Chandra Jakarta, tadi malam.

Buku ini akan dilengkapi dengan dengan CD musik perjalanan biolis kelahiran Jakarta 74 tahun silam itu. Idris Sardi mengenal biola sejak umur enam tahun. Pada umur sepuluh tahun ia sudah mendapat sambutan hangat pada pemunculannya yang pertama di Yogyakarta tahun 1949. Saat itu, ia dijuluki sebagai anak ajaib untuk biola di Indonesia, karena di usia muda sekali sudah lincah bermain biola klasik seperti Mozart.

Pada 1952 Sekolah Musik Indonesia (SMIND) dibuka, dengan persyaratan menerima lulusan SMP atau yang sederajat. Pada tahun 1952, Idris Sardi baru berusia 14 tahun, sehingga ia belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa ia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.

Pada orkes slswa SMIND pimpinan Nicolai Varvolomejeff, tahun 1952 Idris yang masih memakai celana pendek dalam seharian duduk sebagai concert master pada usia 14 tahun. Saat itu, rata-rata siswa SMIND berusia di atas 16 tahun.

Rumah Budaya Fadli Zon Gelar Seminar Teater

Rumah Budaya Fadli Zon Gelar Seminar Teater

Rumah Budaya Fadli Zon bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia Padangpanjang menggelar seminar teater dalam rangka pekan apresiasi teater ke-5.

“Seminar ini bertemakan ’Keberpihakan Teater Kepada Penonton’ yang selama ini dinilai masih minim,” kata Panitia Pelaksana, sulaiman Juned, di Rumah Budaya Fadli Zon, Selasa.

Dia menyebutkan suatu pertunjukan jika susah dimengerti penonton, maka seniman dinilai belum berhasil mencapai tujuan dari pelaksanaan pertunjukan itu.

Dalam seminar sehari yang digelar ini, kata dia, akan dibahas solusi dan pendapat cara menarik penonton dalam setiap pertunjukkan teater.

Seminar mendatangkan pembicara seperti Prof. Yudiaryani dengan materi “Membaca Pertunjukan Teatrikal dan Ruang Penonton”, N. Riantiarno dengan materi “Masyarakat Teater Koma”, Yusrizal KW dengan materi “Sosial Media dan Komunitas Untuk Teater”, terakhir Edisuisno dengan materi “Merenungi Polariasi Teater Bagi Kebutuhan Tontonan”.

Menurut Yudiaryani, pertunjukan teater membutuhkan komunikasi untuk merajut beragam ide dan intensi seniman dengan beragam tanggapan penonton. Komunikasi tersebut menjadi suatu cara penonton untuk mendekatkan dirinya yang disampaikan seniman.

“Perubahan intensi seniman misalnya terhadap penggunaan konvensi ruang pemanggungan terkadang membutuhkan tingkatan toleransi oleh penonton,” sebutnya.

Penanggung jawab Rumah Budaya Fadli Zon, Edin Hadzalic menyebutkan, pihaknya selalu mendukung setiap kegiatan yang berbaur seni dan budaya.

“Kami mendukung setiap kegiatan yang berbaur seni dan budaya apa lagi budaya minang yang diselenggarakan masyarakat atau lembaga di Rumah Budaya ini,” sebutnya.

Dia mengatakan bentuk dukungan yang diberikan kepada masyarakat untuk menggali potensi seni dan budaya tersebut dengan menyediakan fasilitas tempat dan lainnya.

“Sudah saatnya kita mempopulerkan kekayaan budaya bangsa, sehingga bisa lebih dikenal ke manca negara,” sebutnya.

Gerindra Ingatkan Kader Tak Ganggu Kewenangan KPK

Gerindra Ingatkan Kader Tak Ganggu Kewenangan KPK


Partai Gerindra menganggap kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tak perlu diutak-atik melalui revisi undang-undang. Karenanya jika ada anggota Fraksi Gerindra di DPR yang punya pendapat berbeda dengan garis partai, maka hal itu merupakan pendapat pribadi.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, di Jakarta, Jumat (5/10. “Kami tegaskan bahwa Gerindra menolak segala usaha untuk memangkas dan melemahkan kewenangan KPK,” kata Fadli.

Menurutnya, partai binaan Prabowo Subianto itu justru terus mendorong KPK agar lebih gigih memerangi korupsi tanpa pilih-pilih. “Khususnya penanganan grand corruption (kasus besar),” tegasnya.

Lebih lanjut politisi muda itu mengatakan, peran KPK tetap penting karena lembaga penegak hukum lainnya belum berfungsi maksimal dalam mencegah dan memberantas korupsi. Padahal, katanya, korupsi adalah masalah fundamental yang kini telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fadli pun berharap sikap partai Gerindra tentang KPK juga diikuti oleh kader yang duduk di DPR RI. “Jika ada pandangan yang berbeda dari anggota Fraksi Gerindra, maka itu sikap pribadi,” pungkasnya.

Gerindra Tolak Revisi UU KPK

Gerindra Tolak Revisi UU KPK

Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra memastikan menolak segala usaha memangkas kewenangan KPK saat ini. Gerindra, menyatakan dukungannya kepada KPK dalam memberantas segala bentuk korupsi sat ini.

“Partai Gerindra menolak segala usaha untuk memangkas dan melemahkan kewenangan KPK. Dan kami mendukung sepenuhnya KPK dalam memberantas korupsi tanpa pandang bulu dan tidak tebang pilih. Khususnya penanganan mega korupsi, grand corruption,” ujar Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Fadli Zon, Jumat (5/10/2012).

Fadli menegaskan, peran KPK sangatlah penting karena lembaga penegakan hukum belum berfungsi maksimal mencegah dan melakukan pemberantasan korupsi. Korupsi, imbuh Fadli Zon, adalah masalah fundamental yang kini telah menjadi praktik sehari-hari.

“Untuk itu, koruptor perlu mendapat hukuman seberat-beratnya. Dan sikap partai tentang KPK sejalan dengan sikap Fraksi. Jika ada pandangan yang berbeda dari anggota Fraksi Gerindra, maka itu sikap pribadi, tidak mengatasnamakan partai,” Fadli menegaskan.

Yakin Jokowi-Ahok Tidak Pecah Kongsi

Yakin Jokowi-Ahok Tidak Pecah Kongsi

KIBARAN bendera Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) makin terkerek oleh kemenangan Jokowi-Ahok di pilgub DKI. Ini lantaran Basuki Tjahaja Purnama-nama lengkap Ahok-merupakan kader Gerindra saat diusung bareng PDI Perjuangan berduat dengan Jokowi. Kader anyar. Kader lompatan.

Namun, saat pesta kemenangan belum usai, politisi gaek Banteng Mulut Putih, Taufiq Kiemas, menyampaikan penyesalan. Gerindra disebut lebih banyak merengguk berkah dari kemenangan Jokowi-Ahok. Koalisi pun mulai terluka.

Begaimana reaksi partai rintisan Prabowo Subianto itu? Apa pula yang diharapkan Gerindra dari sosok Ahok yang sebentar lagi duduk di kursi DKI 2?

Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, M. Kusdharmadi dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, Kamis (4/10).

Apa harapan Gerindra terhadap Ahok yang sudah berhasil diantar menjadi wakil gubernur DKI Jakarta?

Kami tidak melihat hanya Ahok. Tapi, Jokowi dan Ahok, mereka satu tim. Kami menginginkan mereka konsen memerbaiki masalah Jakarta. Tunaikan apa janji-janji yang sudah diucapkan pada saat kampanye. Penuhi harapan masyarakat Jakarta, untuk menuntaskan masalah-masalah misalnya yang terlihat itu masalah pemukiman, banjir dan kemacetan. Ini harus ada progress. Paling tidak dalam 100 hari pertama sudah kelihatan hasilnya.

Apakah optimis Jokowi-Ahok bisa melaksanakan itu?

Sangat optimis. Mereka akan berkiprah lebih baik dari pemerintahan sebelumnya. Bahkan, track record mereka juga menjadi satu catatan bahwa mereka ini sudah terbukti adalah pemimpin yang melayani bukan dilayani. Karakter mereka adalah corak pemimpim yang dibutuhkan masyarakat, pemimpin yang melayani bukan dilayani.

Apakah ada komitmen tertulis untuk Ahok kepada Gerindra sebelum diusung sebagai cawagub?

Tidak ada tuh. Tidak ada komitmen. Yang penting harus memerbaiki Jakarta jauh lebih baik. Komitmen mereka adalah kepada rakyat. Partai tidak minta apa-apa. Kalau ada usulan dalam memerbaiki, mereka tetap yang akan memutuskan.

Soal kesetiaan kepada partai, apakah Gerindra yakin Ahok akan tetap setia bersama Gerindra?

Kita lihat saja. Saya kira setiap orang punya pilihan dan pilihan itu menunjukkan karakter. Kalau selama ini Basuki pindah partai, paling tidak itu adalah mencari kesempatan lebih baik untuk bisa berkiprah. Tapi, paling penting itu apa yang dia lakukan di partai, apakah korupsi atau tidak, jujur atau tidak. Ini jauh lebih baik dari yang lain.

Banyak kepala daerah, awalnya mesra tapi di tengah perjalanan pecah kongsi. Nah, bagaimana mengantisipasi Jokowi-Ahok supaya tidak pecah kongsi di tengah jalan?

Tergantung pada sistem yang mereka bangun, dan komunikasi yang mereka bangun. Dan saya kira, itu tergantung kepentingan apa yang mereka prioritaskan. Kalau mereka memerioritaskan kepentingan rakyat, tidak akan pecah kongsi. Tapi, kalau mereka mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok, itu bisa pecah. Karena akan terjadi tarik menarik kepentingan. Mereka akan menyimpang, kalau lebih mementingkan kepentingan kelompok dan pribadi. Kalau mereka mementingkan kepentingan rakyat yang lebih besar, tidak akan pecah.

Kalau mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok, akan terjadi kapling kekuasaan yang berujung pada perburuan rente. Kalau terjadi tarik menarik akan menimbulkan friksi pragmatis dan itu akan membuat pecah. Mereka harus bagi-bagi tugas untuk benar-benar melayani. Komunikasi harus bagus, tidak hanya antara gubernur dan wakil gubernur tapi juga kepala-kepala dinas.

Kalau tidak salah, Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto pernah menyatakan akan memimpin demo menurunkan Jokowi-Ahok kalau mereka korupsi dalam memimpin Jakarta. Apa benar?

Berdemo mengingatkan, itu salah satu ekspresi karena kami bertanggungjawab agar mereka memimpin sesuai harapan masyarakat. Mereka harus tertib, jujur, melayani, kalau korupsi kami juga menanggung dosa dong sebagai pengusung. Kami sudah ingatkan dari awal, supaya dalam memerintah mereka jangan korupsi. Kita kan tahu praktek (korupsi) itu sekarang sering terjadi. Makanya harus bersih, gunakan APBD seefisien mungkin, tepat sasaran dan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

Soal duet PDIP-Gerindra, setelah berhasil memenangkan pemilukada DKI Jakarta, apakah juga akan berlanjut di kemudian hari, misalnya untuk pemilihan presiden 2014?

Pilpres masih jauh. Saya yakin, saat ini semua partai melakukan konsolidasi internal untuk menghadapi pemilihan legislatif. Setelah pileg, baru konstalasi dan konfigurasi jelas. Tapi, kami berkomunikasi baik dengan semua partai politik, termasuk PDI Perjuangan. Tidak ada keretakan, kami terus berkomunikasi.
Kalau pun ada perbedaan pendapat itu biasa, tidak ada masalah.

Apakah statemen politisi senior PDI Perjuangan Taufiq Kiemas, yang mengisyaratkan menyesal berkoalisi dengan Gerindra di pemilukada DKI Jakarta kemarin sempat mengganggu Gerindra?

Tidak terganggu. Kami justru berterima kasih dengan statemen itu. Sehingga kami bisa introspeksi. Pernyataan itu tidak dimaksudkan demikian (menyesali koalisi). Tidak ada masalah, kita ini negara demokrasi yang setiap warga negara bebas menyatakan pendapat. (**)

Buku: Globalisasi Tantangan dan Peluang

Buku: Globalisasi Tantangan dan Peluang


PENDAHULUAN
Pertama-tama, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih atas undangan pimpinan IFEA untuk berbicara dalam business luncheon siang hari ini.
Adalah tepat dan memang pada waktunya bahwa para eksekutif keuangan yang tergabung dalam Asosiasi ini sudah mulai memikirkan arti dan implikasi normalisasi hubungan RI-RRC di bidangnya.
Normalisasi atau pemulihan hubungan diplomatik antara kedua pemerintahan RI-RRC memang bukan lagi merupakan permasalahan, karena sudah menjadi keputusan politik dan tinggal menunggu saat pelaksanaannya yang tepat. Dampaknya secara politis tidak akan saya bahas dalam kesempatan ini, karena dalam acara ini kita akan lebih memusatkan perhatian pada masalah-masalah perdagangan dan investasi. Namun sebelum beralih ke materi pokok, kita perlu mencatat bahwa
dampak normalisasi hubungan diplomatik dengan RRC juga menyangkut pihak lain, terutama karena adanya rumusan dalam konstitusi RRC mengenai Taiwan.
Indonesia tetap konsisten dalam berpegang pada kebijaksanaan satu Cina, walaupun telah hampir 25 tahun terjadi pembekuan hubungan diplomatik antara kedua negara. Selama masa pembekuan hubungan diplomatik itu, hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Taiwan pada tingkat tidak resmi telah berkembang dan semakin meningkat. Kita menghendaki agar pemulihan hubungan diplomatik dengan RRC tidak mengubah status dan kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan yang telah terjalin dengan Taiwan selama ini. Dalam menerapkan kebijakan satu Cina, kita berkeinginan untuk tetap memelihara dan terus meningkatkan pendayagunaan potensi ekonomi Taiwan guna kepentingan pembangunan nasional. Oleh karena itu, kita harapkan bahwa normalisasi hubungan RI-RRC tidak akan menimbulkan efek samping yang bersifat negatif terhadap kegiatan investasi dan perdagangan dengan Taiwan.

Buku Birokrasi dan Aparatur Negara

Buku Birokrasi dan Aparatur Negara


PENGANTAR
Kalau saya tidak keliru, Rapat Kerja Nasional Pendayagunaan Aparatur Negara sekarang ini adalah yang pertama kalinya kita selenggarakan selama Orde Baru. Oleh karena itu, saya memandang rapat ini sangat penting, bukan saja untuk menangani demikian banyak masalah administrasi negara yang sudah timbul selama ini, tetapi juga untuk menghadapi jenis tugas yang harus diemban untuk 25 tahun mendatang.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara vang telah memberi kesempatan kepada saya untuk memberi masukan dalam rapat ini. Saya diminta untuk menyampaikan masukan tentang pandangan ke depan bagi administrasi negara, dengan fokus perhatian pada manusia administrasi itu sendiri.
Sebagai titik tolak, perlu kiranya kita mengingat bahwa para pendiri negara kita memberi kepercayaan yang sangat besar kepada manusia penyelenggara negara. Ada dua hal mendasar dalam Penjelasan UUD 1945, yang menurut penglihatan saya perlu kita renungkan dalam-dalam untuk rapat kita sekarang ini.
Pertama, penegasan bahwa Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Jadi yang pertama-tama terikat dengan ketentuan UUD 1945 itu adalah penyelenggara negara, yang di dalamnya termasuk administrasi negara. Dalam hubungan ini, maka penyalahgunaan wewenang, korupsi dan manipulasi, yang penanggulangannya terus menerus diingatkan dalam GBHN, bukan saja merupakan masalah intern administrasi negara, tetapi juga mempunyai dimensi ideologis dan konstitusional.
Kedua, penegasan bahwa yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. “Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin pemerintahan itu bersifat perseorangan, Undang-Undang Dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek. Sebaliknya, meskipun Undang-Undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jikalau semangat para penyelenggara pemerintahan baik, Undang-Undang Dasar itu tentu tidak akan merintangi jalannya negara. Jadi yang paling penting ialah semangat”, demikian Penjelasan UUD 1945, yang saya percaya sudah Saudara kenal benar-benar.
Rasanya, pendiri negara kita mempunyai paham yang bersifat idealistik terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat kita yang disandarkan kepada paham kekeluargaan, membangun suatu negara yang juga bersifat kekeluargaan, dengan para penyelenggara negara yang juga diharapkan berpaham kekeluargaan. Itulah ideal type yang kita anut mengenai negara.
Namun para pendiri negara kita bukanlah kaum utopis. Dengan sadar kita diingatkan tentang kemungkinan adanya penyelenggara negara yang berpaham perseorangan, yang menganut paham individualisme, yang tidak lagi terdiri dari kaum idealis. Jika itu terjadi, maka “Undang-Undang Dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek”.
Pada kesempatan ini saya ajak kita bersama-sama mendalami lebih lanjut tentang arahan Penjelasan UUD 1945 ini.

Buku Ideologi, Praktik Berbangsa – Bernegara

Buku Ideologi, Praktik Berbangsa – Bernegara


PENGANTAR
Dari demikian banyak undangan berceramah yang saya terima dalam tahun-tahun belakangan ini, undangan dari PMKRI dan PMII sekarang ini adalah yang persiapannya kelihatan paling komprehensif. Para penceramah telah dibekali dengan acuan yang memuat tujuan dan pokok bahasan yang harus disajikannya.
Hal ini jelas sangat menolong, walaupun hal itu juga berarti mengharuskan penceramah untuk sungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik.
Jika saya renungkan baik-baik acuan yang disediakan panitia, sesungguhnya posisi yang paling tepat bagi saya dalam rangka pendidikan pers Pancasila ini adalah sebagai pendengar yang baik, dan menerima masukan dari saudara-saudara sekalian. Bagaimanapun, dalam demokrasi, apalagi dalam
demokrasi Pancasila, kedaulatan itu ada di tangan rakyat, dan profesi saudara-saudara sekalian sebagai pers adalah menjadi salah satu ujung lidahnya rakyat itu.
Namun di pihak lain, secara pribadi saya adalah juga bagian dari rakyat itu. Tidak ada salahnya bila saya juga ikut urun rembug dalam masalah sepenting ini.
Saya tidak tahu apakah saya akan dapat memenuhi harapan saudara-saudara sekalian. Sebagian pokok bahasan sudah saya kenal baik, sebagian lagi rnasih harus saya renungkan lagi, dan sisanya barangkali harus kita pikirkan bersama-sama.
Kata kunci yang harus kita kaji bersama adalah demokrasi, dan posisi pers di dalamnya.