Tan Malaka Pantas Diposisikan sebagai Bapak Revolusi Indonesia

Tan Malaka Pantas Diposisikan sebagai Bapak Revolusi Indonesia

Tan Malaka Pantas Diposisikan sebagai Bapak Revolusi Indonesia

Tan Malaka, pejuang nasional yang nyaris dilupakan itu, adalah seorang revolusioner dan bahkan bisa disebut sebagai Bapak Revolusi Indonesia. Tan Malaka sudah menggagas Indonesia, jauh sebelum Soekarno-Hatta.

Demikian disampaikan Harry Poeze dalam acara bedah buku karyanya berjudul “Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia. Jilid 4” di Fadli Zon Library, Jakarta Pusat (Rabu, 5/2).

Buku ini, ungkap Harry Poeze, berusaha mengungkap misteri detik-detik akhir kematian Tan Malaka dan sepak terjangnya pada September 1948-Desember 1949.

Juga diungkap, persekutuan Tan Malaka dengan Sabarudin, pimpinan Batalyon 38, menyebabkan rangkaian peristiwa hingga tertembaknya Tan Malaka.

Harry Poeze yang meneliti jejak Tan Malaka di daerah Kediri, Jawa Timur menemukan bahwa Tan Malaka di tembak oleh Soekotjo di Desa Selopanggung, di Lereng Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur, pada 21 Februari 1949. Sesudah Tan Malaka ditembak, ada perjanjian antara Soekotjo dan Brigjen Surachmad untuk merahasiakan kematian Tan Malaka karena takut pengikut Murba dendam.

Menurut Fadli Zon, pendiri Fadli Zon Labrary yang juga jadi pembicara dalam diskusi ini, meskipun Tan Malaka telah diakui sebagai pahlawan nasional melalui keputusan Presiden RI Nomor 53 Tanggal 23 April 1963, namun penilaian dan penghargaan terhadap Tan Malaka masih banyak prasangka, ketidakadilan, dan ketidaktahuan.

“Karena itu, sudah sepatutnya Bangsa Indonesia menempatkan Tan Malaka sebagai seorang revolusioner yang gigih memperjuangkan dan mempertahankan Republik Indonesia,” demikian Fadli Zon.