Tak Usah Perdebatkan Pemberian Honoris Causa Kepada Raja Arab

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Semua pihak diminta untuk tidak lagi memperdebatkan pemberian gelar doktor honoris causa kepada Raja Saudi Arabia.

Pernyataan ini disampaikan kepada Ketua Ikatan Alumni Fakultas ilmu Budaya (FIB), Fadli Zon, kepada tribun, Senin (05/09/2011).

Pemberitaan pemberian gelar doktor honoris cause kepada Raja Saudi Arabia menjadi simpang siur. Dan sebenarnya, pemberian itu bagus, bahkan UI sudah beberapa kali memberikan seperti ini, dan tidak sembarangan diberikan. Bahkan, kalau perlu, Presiden Iran, Ahmadinejad juga diberikan gelar yang sama,” kata Fadli Zon.

Kritik yang disampaikan beberapa pihak terkait pemberian gelar doktor honoris causa kepada Raja Saudi Arabia, hanya tertuju terkait vonis pancung kepada TKI bernama Ruyati. Padahal, Fadli menegaskan, hukuman pancung terhadap Ruyati, adalah kesalahan pemerintah, yang terlambat membela.

Jangan hanya karena masalah Ruyati. Masalah Ruyati adalah kesalahan pemerintah yang tidak secara maksimal membantu Ruyati. Di sisi lain, TKI yang bekerja di Saudi Arabia menghasilkan sampai puluhan trilyun yang dibawa ke daerahnya, dan ini menjadi pendapatan negara selain pajak,” papar Fadli.

Pemerintah Saudi Arabia, lanjutnya lagi, juga banyak memberikan bantuan kepada Indonesia, tak fokus terhadap kasus Ruyati saja. “Dan tak terlalu substansial kalau terus diperdebatkan pemberian gelar honoris causa itu. Pemimpin Brazil atau pemimpin-pemimpin yang pro kerakyatan, juga layak bagi UI untuk memberikan gelar honoris causa,” papar Fadli Zon.