Sajak-sajak Fadli Zon

Sampai kapan Indonesia Bertahan?

sampai kapan Indonesia bertahan?
sebuah pertanyaan nakal di tengah lamunan
mengusikku siang malam
menyusun keraguan sepanjang jalan

dua ratus empat puluh juta manusia
dengan suku agama berbeda
menabur beribu harapan
di tanah penuh impian
berdoa menjadi kenyataan

sampai kapan Indonesia bertahan?
negeri kaya diliputi kemiskinan
panorama indah diwarnai kehancuran
hutan musnah, laut dijarah
tambang dikuras tanpa batas
sawah lenyap disulap pertokoan

dua ratus empat puluh juta manusia
perlu makan dan pekerjaan
perlu pakaian dan pendidikan
perlu rumah dan masa depan

apalagi yang dapat dijanjikan?
politisi sibuk korupsi
pejabat jadi penjahat
intelektual siap membual
seniman asyik sendiri
tokoh agama hanya berdoa
mahasiswa, ah, tak punya cukong demonstrasi

jadi apa yang mempersatukan negeri ini?
Pancasila banyak yang tak hafal lagi
bahasa Indonesia dirusak dimutilasi
TNI sudah dikebiri
Presiden tak punya nyali, sibuk pencitraan diri

Sampai kapan Indonesia bertahan?
Mungkin saatnya kita bertanya kepada Tuhan.

Fadli Zon, 14 Agustus 2011

Rakyat di Negeri Demokrasi

dahulu aku percaya demokrasi
dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat
kedaulatan ada di tangan rakyat
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
suara rakyat suara Tuhan
rakyat yang menentukan

kini nyatanya rakyat tak diperlukan
rakyat adalah angka-angka statistik yang mudah dipermainkan
rakyat cukup disuap menjelang pemilu lima tahunan
rakyat dikerahkan meramaikan kampanye banyak-banyakkan
rakyat dininabobokan sinetron dan iklan
rakyat disuguhi tayang gunjingan setiap pagi
setelah itu rakyat sudah mati!

kematian rakyat adalah pesta politisi
anggaran untuk rakyat dimanipulasi dan dikorupsi
tentu dengan komisi sebagai praktik kolusi
selebihnya sandiwara yang tak berhenti

legislatif membahas gedung baru dan pelesiran ke luar negeri
eksekutif mencari proyek sabet kanan kiri
yudikatif menegakkan hukum sesuai selera sendiri

rakyat adalah angka-angka
tak punya suara
apalagi kuasa

Fadli Zon, Agustus 2011

Untuk Apa Kita Merdeka

untuk apa kita merdeka
ketika rakyat tetap bergelimang kemiskinan
pengangguran menyergap hampir setiap keluarga
kesenjangan makin menganga
dan korupsi bebas merajalela

untuk apa kita merdeka
mengorbankan jiwa dan raga sepanjang sejarah
dipenjara disiksa diasingkan
diplomasi dan gerilya yang panjang
airmata dan darah tak henti jatuh ke tanah
kalau hanya berganti penjajah

pidatomu Bung Karno masih terngiang
tapi kini menabrak tembok-tembok lengang
pikiranmu Bung Hatta masih kubaca, jauh menembus zaman
tapi sekarang cita-citamu semakin karam

perahu ini tak tentu akan kemana
berlayar di tengah gulita
terombang-ambing tanpa nakhoda

untuk apa kita merdeka
kalau akhirnya cuma begini saja

aku bukan generasi keluh kesah
tak juga memupuk sejuta gundah
aku bertanya padamu jiwa-jiwa merdeka
sampai kapan kita berdiam saja

Fadli Zon, 14 Agustus 2011
Renungan 66 tahun Proklamasi

Biodata Singkat

Fadli Zon lahir di Jakarta, 1 Juni 1971. Kini Wakil Ketua Umum Partai GERINDRA, Sekjen Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPN HKTI), Redaktur majalah sastra HORISON sejak 1993 hingga kini. Lulus S1 Program Studi Rusia UI dan Master of Science (MSc) dari London Shool of Economics and Political Science (LSE) Inggris. Kini sedang menempuh S3 Program Studi Sejarah UI. Menjadi dosen di UI dan Ketua ILUNI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Mendirikan Fadli Zon Library di Jakarta dan Rumah budaya Fadli Zon di Aie Angek, Sumatera Barat. Menulis sejumlah buku sejarah, ekonomi dan politik. Buku kumpulan puisinya adalah “Mimpi-Mimpi yang Kupelihara” diterbitkan Horison tahun 2009.