
Taufiq Ismail, penyair sekaligus sastrawan terkemuka, hari ini (Kamis, 25/6) genap berusia 80 Tahun.
Sebagai penghormatan atas karya dan dedikasinya dalam bidang kesusastraan Indonesia, Rumah Puisi Taufiq Ismail dan Rumah Budaya Fadli Zon di Aie Angek, Padang Panjang, Sumatera Barat menyelenggarakan Silaturahim Ramadhan sekaligus Syukuran 80 Tahun Taufiq Ismail.
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh seperti Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dan para walikota/Bupati di Sumatera Barat, Letjen TNI (purn) Azwar Anas, Imam Prasojo, Neno Warisman, Linda Djalil, Marusya, Abrory Jabar. Acara yang akan digelar sore nanti ini akan diisi pembacaan puisi, peresmian Patung Perunggu Taufiq Ismail dan dilanjutkan buka puasa, serta shalat maghrib berjamaah.
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi pada 25 Juni 1935 dari pasangan KH. Abdul Gaffar Ismail dan Siti M. Nur. Ayahnya tokoh gerakan kebangsaan Persatuan Muslimin Indonesia (Permi).
Karya puisi Taufiq Ismail tak hanya menjadi saksi situasi sosial politik Indonesia. Tapi juga tema lain seperti cinta, alam, kemanusiaan, agama, dan Tuhan. Ia juga menulis cerpen, kolom, esai dengan lanskap tema yang melimpah.
Ia bukan penyair individualis, tapi ia terlibat, organik, dan selalu setia pada pergeseran waktu dan budaya. Sebagai seorang penyair yang melintasi banyak zaman, Taufiq Ismail telah mendedikasikan hidupnya bagi sastra Indonesia. Ia adalah Bapak Sastra Indonesia.