Perdagangan Terlalu Bebas, Mimpi Swasembada Daging 2014 Tinggal Mimpi

Perdagangan Terlalu Bebas, Mimpi Swasembada Daging 2014 Tinggal Mimpi

Perdagangan Terlalu Bebas, Mimpi Swasembada Daging 2014 Tinggal Mimpi

Harga daging sapi di Indonesia mencapai harga 90 ribu rupiah perkilogram. Harga ini tertinggi dibanding negara lain yang hanya 50 ribu-60 ribu perkilogramnya.

Tingginya harga disinyalir karena kelangkaan pasokan daging di pasar. Namun bukan berarti untuk mengatasi kelangkaan pasokan, harus impor dan melepaskan pada mekanisme pasar.

Demikian disampaikan Fadli Zon, Sekretaris Jenderal DPN HKTI dalam keterangannya kepada LICOM, hari ini (Jumat, 8/2/2013).

“Tekanan memperbesar kuota impor pasti sangat besar. Ini dikondisikan oknum para pemburu rente. Namun impor tak akan menyelesaikan masalah. Bahkan impor rawan korupsi dan menjadi mainan para koruptor,” sambung Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Kebijakan perdagangan Indonesia, sambung Fadli Zon, terlalu bebas. Sehingga malas mewujudkan swasembada. Target pemerintah swasembada daging 2014 akhirnya tinggal mimpi. Kini kita jadi tergantung pasokan asing, dan tidak berpikir strategis ke depan.

“Solusi yang tepat ialah benahi mekanisme distribusi dan percepat produksi swasembada. Percepatan produksi bisa dengan inseminasi buatan, perbaikaan kualitas pakan dan pengadaan sapi betina bibit dari pemerintah,” tambahnya.

Pasokan daging kita banyak, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, dan NTT. Namun distribusinya tak dikawal secara baik.

“Jadi, kita harus memperbaiki transportasi sapi dari sentra produksi, dengan menggunakan BUMN (PT KAI, Pelni dan Angkutan Darat BUMN). Meningkatkan kualitas prasarana transportasi adalah hal strategis yang harus segera dilakukan pemerintah,” tambahnya.

Masih kata Fadli Zon, jangan gegabah membuka keran impor lagi. Jika terpaksa impor, harus tepat. Impor sapi hanya boleh di luar sentra produksi dan kuota impor sapi di berikan kepada feedloters yang mampu membibitkan sapi.