Pemisahan Pusat Pemerintahan dan Bisnis Jadi Alternatif Solusi buat Jakarta

Pemisahan Pusat Pemerintahan dan Bisnis Jadi Alternatif Solusi buat Jakarta

Pemisahan Pusat Pemerintahan dan Bisnis Jadi Alternatif Solusi buat Jakarta

Banjir Jakarta telah melumpuhkan aktivitas pemerintahan dan bisnis dua hari ini. Tentu saja, perlu kebijakan lebih strategis ke depan agar dampak kerugian banjir di ibukota tak terulang. Kerugian pun diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar per jam.

Wacana lama yang perlu dikaji untuk mengatasi hal ini, menurut Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, adalah pemindahan ibukota ke daerah baru. Namun, perlu kajian mendalam agar lokasi baru benar-benar mendukung.

Presiden Soekarno, ungkap Fadli, pada tahun 1957 pernah menggagas ibukota dipindah ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Soekarno memandang  Jakarta tak akan mampu menampung sekaligus pusat pemerintah dan bisnis. Palangkaraya dipilih selain di Kalimantan sebagai pulau terbesar, juga posisinya berada di tengah gugus pulau Indonesia.

Begitupun Presiden Soeharto  pernah mewacanakan pemindahan ibukota  ke Jonggol, Bogor, dengan akses yang tak terlalu jauh dari Jakarta.

“Ide pemindahan ibukota ini sangat realistis untuk mengurangi beban aktivitas di Jakarta. Tapi tentu perlu diteliti untung ruginya,” kata Fadli kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Jumat, 18/1).

Hal ini, lanjut Fadli, sudah dilakukan misalnya di Malaysia, yang memindahkan kota pemerintahan dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya. Di Putra Jaya semua gedung pemerintahan terintegrasi dalam satu komplek area, dan ini memudahkan aktivitas pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Karena itu, masih kata Fadli, para ahli harus membantu pemerintah pusat menentukan daerah baru pusat pemerintahan. Jakarta bisa menjadi pusat bisnis, dan daerah baru nanti menjadi pusat pemerintahan. Tentu daerah baru nanti bisa dicari yang mudah aksesnya dan lingkungannya mendukung.

“Dengan pemisahan pusat pemerintahan dan bisnis, Jakarta bisa menjadi kota yang sehat, manusiawi, dan resiko kerugian pun lebih kecil ketika terjadi musibah serupa,” demikian Fadli.