Mengungkap Banyak Kisah yang Tak Diceritakan Selama Ini

SEMARANG, KOMPAS.com – Ada banyak kisah dan cerita tentang mantan Presiden Soeharto yang tidak diketahui banyak orang, dan selama ini tidak dipublikasikan.

Setelah turun jabatan hingga meninggal, sejumlah tokoh, pejabat, aktivis, penyanyi, dan orang yang pernah mengenal dekat Soeharto yang dikenal dengan sapaan Pak Harto mengungkapkan pengalaman mereka saat bersama Pak Harto.

Pengalaman dan pandangan secara jujur dan terbuka tersebut disampaikan lewat kumpulan tulisan yang dibukukan lewat buku berjudul “Pak Harto The Untold Stories”.

Buku yang ditulis Anita Dewi Ambarsari, Bakarudin, Donna Sita Indria, Dwitri Waluyo, dan Mahpudi, yang dicetak Percetakan PT Gramedia Jakarta ini, berisi berbagai tulisan tentang Pak Harto.

Dalam talkshow yang membeda Buku “Pak Harto The Untold Stories” yang berlangsung di Toko Buku Gramedia Pandanaran Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (5/11) petang, Dr Sulastomo (mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam), Begug Poernomosidi (mantan Bupati Wonogiri, yang juga Ketua Yayasan Mangadeg), dan Fadli Zon (mantan anggota MPR, wakil ketua umum Partai Gerindra dan Sekretaris HKTI), mengungkapkan pengalaman mereka saat bersama Pak Harto.

Sulastomo dalam buku “Pak Harto The Untold Stories” menyampaikan falsafah sapu lidi atau semangat gotong royong yang diajarkan Pak Harto semasa memimpin Indonesia, membuat Bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia. “Pak Harto mengemukan prinsip sapu lidi. Sebatang lidi, jika belum terikat bersama-sama dengan batang-batang lidi lainnya, sebenarnya tidak berarti apa-apa. Setelah diikat bersama menjadi sapu, batang-batang lidi itu mampu menjadi alat untuk membersihkan lingkungan yang kotor,” papar Sulastomo.

 

Sementara Begug, mengatakan Pak Harto adalah figur pemimpin yang mampu mengangkat Wonogiri dikenal, menyusul dibangunnya Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

“Sebelum dibangun orang enggak banyak tahu tentang Wonogiri, tapi setelah ada waduk Wonogiri terkenal, karena waduk ini merupakan waduk terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Fadli sendiri menilai Pak Harto bukan sebagai pemimpin biasa. Dia mengaku justru mengenal lebih dekat Pak Harto pada saat sudah lengser hingga meninggal. Menurut Fadli, hingga saat ini banyak orang salah persepsi tentang turunnya Pak Harto dari jabatan presiden.

Ia menegaskan Pak Harto turun bukan karena gerakan reformasi, tetapi karena dijatuhkan oleh IMF (dana moneter internasional). “Krisis ekonomi telah dijadikan alat IMF untuk pergantian rezim,” papar Fadli.