Maraknya Buzzer Politik, Fadli Zon: Suara Rakyat Mau Disulap Suara Hantu

Maraknya Buzzer Politik, Fadli Zon: Suara Rakyat Mau Disulap Suara Hantu

Politisi Partai Gerindra rakyat.com/tag/Fadli Zon”>Fadli Zon menyebut buzzer adalah sebuah profesi baru yang merusak demokrasi di Indonesia.

Hal itu disampaikan rakyat.com/tag/Fadli Zon”>Fadli Zon melalui akun Twitter pribadinya @fadlizon, pada Kamis 4 November 2021.

“Buzzerp menjadi profesi baru dlm merusak demokrasi di Indonesia,” tulis rakyat.com/tag/Fadli Zon”>Fadli Zon seperti dikutip PikiranRakyat-

“Suara rakyat mau disulap suara hantu,” tambahnya.

Menanggapi cuitan rakyat.com/tag/Fadli Zon”>Fadli Zon tersebut, tak sedikit netizen ikut mengomentarinya.

“Ya Allah turunkanlah pertolonganMu sebelum hancur negeri ini. Aamiin,” tulis akun @hiroshiumeda.

“Rezim ini sudah merencanakan jauh2 hari pak bahkan mungkin sejak orde Baru berkuasa sampai sekarang. Saya meyakini bahwa bangsa ini rusak krn ambisi satu partai “tersebut”.. Dan sekarang mereka melancarkan misinya yg dulu tidak tercapai,” tulis akun @kurniawan8815.

“Skrg ini kita semua adalah Buzzer, yg bersuara bebas sesuai kehendak kita dgn menggunakan jari, kita berpikir dan mengambil kesimpulan seolah-olah apa yg kita pikirkan itu benar, dan sangat subjectif,” tulis akun @MasJegos.

Seperti diketahui teknologi komunikasi Indonesia yang menjadikan media sosial sebagai salah satu media yang memiliki peranan penting dalam menyampaikan kampanye politik.

Beberapa orang menggunakan momentum kontestasi politik sebagai ajang untuk mencari keuntungan finansial, salah satunya dengan bekerja menjadi buzzer di media sosial.

Buzzer dinilai memiliki peran yang cukup penting dalam membentuk suatu topik pembicaraan di media sosial, sehingga tidak sedikit tokoh atau kandidat politik tertentu memberdayakan mereka untuk memenangkan kontestasi politik tersebut.

Adapun melalui sifat interaktivitasnya, media sosial memungkinkan penggunanya untuk ikut bersuara pada sebuah topik percakapan tertentu

Fenomena Buzzer politik telah menjadi bagian dari pengguna media sosial dan digunakan sebagai propaganda politik di berbagai negara

Sumber