Lansia di Indonesia masih terabaikan

Lansia di Indonesia masih terabaikan

Lansia

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, menilai kebijakan terhadap orang lanjut usia (lansia) masih minimalis. Lansia cenderung terabaikan dan tak mendapat jaminan hari tua.

Fadli Zon menyampaikan hal itu menyambut Hari Lansia yang jatuh pada 29 Mei hari ini. Menurutnya, saat ini ada 2,8 juta lansia di Indonesia yang terlantar. Sementara program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) yang dikeluarkan Kementerian Sosial baru mencakup 26.500 lansia dari sekitar 20 juta lansia yang ada di Indonesia. “Ini harus dievaluasi,” ujar Fadil dalam rilisnya yang diterima LICOM, Jakarta, Rabu (29/05/2013).

Hal ini terjadi karena alokasi anggaran yang minim. Program JSLU 2012 hanya dianggarkan Rp 60 miliar. Harusnya bisa lebih besar, karena masih banyak lansia yang belum tertangani kesejahteraannya. UU No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, mengatur adanya jaminan bagi lansia.

“Selama ini kebijakan pro lansia hanya alakadarnya. Lansia masih banyak disandarkan pada program Jamkesmas. Program Jamkesmas sendiri masih diliputi banyak persoalan seperti kepesertaan, pembiayaan, dan juga pelayanannya,” kata Fadli.

Pemerintah bisa melakukan terobosan kebijakan seperti di AS. Mereka punya The National Family Caregiver Support Program. Sebuah kebijakan nasional bantuan langsung bagi anggota keluarga yang menjalankan perawatan kepada lansia di rumahnya. Atau seperti Inggris yang membentuk retirement community.

Pada 2020 nanti, BPS memprediksi akan ada sekitar 28.8 juta lansia. Peningkatan jumlah lansia ini perlu dibarengi kebijakan tepat agar para lansia mengalami periode penuaan yang sehat. Hal ini sesuai dengan mandat WHO untuk mewujudkan masyarakat lansia yang aktif.

“Di hari lansia nasional ini, diharapkan anggaran bagi lansia bisa ditingkatkan. Dan program jaminan khusus bagi lansia yang lebih merata dapat segera diwujudkan. Partai Gerindra peduli lansia. Selamat hari lansia nasional,” papar Fadli