Kisah Moerdiono Jadi Mensesneg Dikisahkan dalam 3 Buku

Kisah Moerdiono Jadi Mensesneg Dikisahkan dalam 3 Buku


Jakarta Kisah kehidupan Moerdiono selama menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara periode 1988-1999 dituangkan dalam tiga buku. Buku ini diluncurkan sekaligus untuk mengenang setahun meninggalnya Moerdiono 7 Oktober 2011 lalu.

Buku tersebut berjudul ‘Moerdiono Bagimu Negeri (Ideologi, Praktik Berbangsa-Bernegara)’, ‘Moerdiono Bagimu Negeri (Birokrasi dan Penguatan Aparatur Negara)’ dan ‘Moerdiono Bagimu Negeri (Globalisasi: Tantangan dan Peluang)’. Ketiga judul buku tersebut merupakan kumpulan pemikiran Moerdiono dari tahun 1988-1998.

“Sebenarnya gagasanya sudah lama, pembicaraan dengan anak almarhum yakni Mbak Ninuk perlunya pemikiran-pemikiran Pak Moerdiono ini dibukukan,” kata Fadli Zon kepada wartawan di Fadli Zon Library, Jalan Danau Limboto C2/96, Benhil, Jakpus Senin (1/10/2012).

Menurut Fadli, buku ini merupakan makalah-makalah Moerdiono sepanjang tahun 1988-1998 yang disusun dalam waktu singkat. “Dikumpulkan oleh keluarga kemudian kami terbitkan dalam waktu yang singkat” ujarnya.

Fadli menilai Moerdiono merupakan salah satu pejabat di era orde baru yang mempunyai integritas. Selain itu, Moerdiono juga terkenal berani menyampaikan sesuatu yang benar kepada Soeharto kala itu.

“Saya kira Pak Moerdiono adalah salah satu contoh pejabat orde baru yang mempunyai integritas, punya pikiran yang mendalam dan berani menyampaikan apa adanya kepada Pak Harto baik itu bagus maupun buruk,” paparnya.

Menurut Fadli, sebenarnya masih banyak bahan-bahan, berdasarkan wawancara langsung dengan Moerdiono, yang belum sempat dibukukan. Termasuk hari-hari terakhir Soeharto sebagai Presiden.

“Saya sendiri wawancara 6-7 kali yang cukup panjang yang belum sempat dibukukan termasuk soal-soal menyangkut tahun 50-an, 60-an, 70-an sampai juga hari terakhir Pak Harto” kisah Fadli.

Ia berharap buku ini dapat dijadikan bahan diskusi tentang bernegara ala Moerdiono selama orde baru. Termasuk yang berkaitan dengan ideologi, birokrasi hingga globalisasi.

“Kita harapkan adalah perlu ada diskusi lebih lanjut ini tentang pengalaman bernegara orde baru khususnya ketika Pak Moerdiono menjabat sebagai Mensesneg. Bagaimana beliau melihat berbagai persoalan yang menyangkut ideologi, menyangkut birokrasi dan aparatur negara dan termasuk tantangan-tantangan ke depan seperti globalisasi,” kata politisi Partai Gerindra tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, anak Moerdiono yakni Ninuk juga berharap sama. Ninuk berharap pemikiran-pemikiran Moerdiono dapat dijadikan pengetahuan dan pengalaman.

“Kumpulan pemikiran ayah saya, ini sebagian kecil ‘harta karun’ ayah saya mudah-mudahan nanti ada buku-buku berikut untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman,” kata Ninuk.