Gerindra Puji Sikap Ksatria Danjen Kopassus

Gerindra Puji Sikap Ksatria Danjen Kopassus

Gerindra Puji Sikap Ksatria Danjen Kopassus

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon memuji sikap ksatria yang ditampilkan oleh Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, Mayjen TNI Agus Sutomo yang mengatakan siap bertanggung jawab atas perbuatan anak buahnya, terkait penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Sabtu (23/3/2013) lalu.

“Sikap Danjen Kopassus yang menyatakan bahwa dirinyalah yang paling terdepan bertanggung jawab atas perbuatan anak buahnya, merupakan sikap ksatria,” ujar Fadli dalam keterangan persnya.

Ia melanjutkan, sikap Danjen Kopassus merupakan bentuk kepemimpinan ksatria, bertanggung jawab, tak cuci tangan, dan tak lari dari perbuatan salah yang dilakukan anak buah. Ia juga berani memastikan prajuritnya untuk menjalani proses hukum yang ada.

“Ini sikap yang jarang ditemukan pada pemimpin lainnya saat ini, yang cenderung angkat tangan, atau melakukan pembiaran ketika bawahan melakukan kesalahan,” katanya.

Fadli mengatakan, sikap yang ditampilkan oleh Mayjen TNI Agus Sutomo sebagai Danjen Kopassus, patut dicontoh pemimpin lembaga manapun di negeri ini. Karena dibalik kewenangan dan kekuasaan seorang pemimpin, ada tanggung jawab yang harus diembannya.

“Inilah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kadang pejabat hanya mau kekuasaan dan kehormatannya saja, tapi tak mau tanggung jawab atas amanah yang disandang. Danjen Kopassus menunjukkan karakter pemimpin itu. Ia tegas dan berani bersikap, meskipun beresiko terhadap jabatannya,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengapresiasi kejujuran dan keberanian 11 anggota Kopassus yang terlibat dalam penyerangan itu, untuk mengakui perbuatan mereka. Meski demikian, sebagai anggota Kopassus, 11 orang itu sudah mengambil jalan yang salah dengan cara main hakim sendiri dan melakukan dark justice.

“Meskipun tindakan itu tak dapat dibenarkan, namun harus jadi refleksi bahwa penegakan hukum masih lemah. Keadilan sulit diperoleh. Hukum dapat dibeli dan dipermainkan. Hukum kadang jadi alat kepentingan dan politik. Bahkan ada aparat penegak hukum menjadi penjahat berseragam. Saatnya hukum ditegakkan sesuai kebenaran,” tandasnya.

Seperti diberikan sebelumnya, pada 23 Maret lalu, 11 anggota Kopassus dari group 2 Kartosuro melakukan penyerangan ke Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Aksi tersebut dilakukan untuk mencari empat pelaku pembunuhan seorang anggota TNI bernama Serka Heru Santoso, yang tewas pada 19 Maret di Hugo’s Cafe, Yogyakarta. Empat pelaku tersebut juga terlibat dalam kasus pembacokan mantan anggota Kopassus bernama Sertu Sriyono pada 20 Maret.

Merasa kehormatan dan atas nama jiwa korsa, 11 anggota Kopassus itu pun menuntut aksi balas dendam. Akibatnya, empat pelaku pembunuhan anggota TNI yankni Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31); Yohanes Juan Manbait (38); Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29); dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33), tewas ditembak di Lapas Cebongan.