Fadli Zon Soroti Ragam Masalah Dunia Islam, dari Demokrasi Hingga Rohingya dalam Konferensi PUIC

Fadli Zon Soroti Ragam Masalah Dunia Islam, dari Demokrasi Hingga Rohingya dalam Konferensi PUIC

Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pandangan dalam rangkai konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke 16.

Organisasi yang beranggotakan 54 negara OKI itu Acara itu juga ditandai dengan sejumlah pertemuan antara perwakilan negara-negara yang bergabung di dalam PUIC di Istanbul, Turki selama 9-10 Desember 2021.

Delegasi Parlemen Indonesia diwakili adalah Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) yang terdiri dari Fadli Zon (Partai Gerindra), Putu Supadma Rudana (Partai Demokrat), Mardani Ali Sera (PKS), Achmad Hafidz Tohir (PAN), Himmatul Aliyah (Gerindra), Jazuli Juwaini (PKS).

Semua delegasi melakukan pertemuan termasuk dengan Recep Tayip Erdogan di Istana Presiden pada Jumat (10/12/2021).

Dalam acara yang berlangsung di ICC, selama dua hari, acara dihadiri oleh Presiden Majelis Agung Nasional Turki, Prof. Dr. Mustafa Sentop, Sekjen PUIC, Mouhamed Khouraichi Niass, dan kalangan Ketua dan Anggota Delegasi PUIC.

Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon sekaligus Ketua Delegasi Indonesia menyatakan sebagian besar umat Islam dunia masih didera telah menderita berbagai masalah yang sangat rumit dan multidimensi.

Di antaranya konflik berkepanjangan, krisis politik, kemiskinan, penurunan pendidikan, degradasi lingkungan dan iklim, terorisme, bencana alam, bencana kemanusiaan, demokrasi yang lemah, dan dampak COVID-19 yang parah.

“Namun, ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang tidak diinginkan yang diderita oleh saudara-saudara Muslim kita terutama di Palestina, Afghanistan, Uighur, Kashmir, Rohingya, dan di banyak tempat lainnya,” katanya.

nggris juga sudah memutuskan bahwa rezim Xi Jin Ping dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Uighur, ungkap Fadli di tengah berlangsungnya acara tersebut.

Fadli Zon menjelaskan, seperti yang diketahui bersama, perpindahan penggusuran penduduk Palestina secara terus menerus, massif, dan brutal oleh pemukim Yahudi semakin parah dan membawa rakyat ke dalam krisis kemanusiaan yang lebih dalam.

Dipaparkannya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan bahwa setidaknya 75.000 warga Palestina telah mengungsi karena serangan Israel di Gaza selama tragedi Mei 2021.

Lebih dari itu, data juga menunjukkan bahwa setidaknya 227 warga Palestina tewas, termasuk 64 anak-anak dan 38 wanita, dan 1.620 lainnya terluka.

Ini bukan hanya soal jumlah korban, tapi kita bisa melihatnya sebagai pesan bagi kita untuk berbuat lebih banyak. Kondisi mereka diperparah oleh pandemi Covid-19 dan tingkat vaksinasi yang rendah,” kata dia.

Apalagi, menurut  Fadli Zon, masa depan Palestina suram terutama sejak pemerintah AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan mereka ke kota tersebut pada 2017. 

“AS juga secara hukum membenarkan pembangunan berkelanjutan pemukiman Yahudi di Tepi Barat,” ungkap Fadli Zon

Yang ingin saya tekankan adalah bagaimana proses pemindahan tersebut telah menjerumuskan Palestina ke ambang bencana kemanusiaan,” jelasnya.

Dalam situasi yang relatif berbeda, Fadli Zon menambahkan, kita juga menyaksikan krisis kemanusiaan yang berlangsung di Afghanistan. 

“Sejak Taliban mengambil alih negara itu, lebih dari 550.000 warga Afghanistan telah mengungsi secara internal menambah sekitar 2,8 juta pengungsi Afghanistan di seluruh dunia.” 

“Masuknya migrasi dari Afghanistan tidak mungkin berakhir dalam waktu dekat jika ketidakpastian politik terus berlanjut.”

“Saya akan mengambil kesempatan ini juga untuk mengulangi masalah berkepanjangan yang dihadapi oleh saudara-saudara kita di Uighur,” paparnya.

Menurut Fadli Zon, Muslim Uighur telah lama menjadi sasaran diskriminasi budaya, agama, dan ekonomi dari pemerintah China. 

“Lebih dari itu, kondisi tersebut diperparah dengan kekerasan, pembatasan, dan pengawasan berlebihan yang dilakukan oleh penguasa yang menghambat hak mereka untuk mengakses kebutuhan dasar manusia dan kebebasan beragama.”

Selain itu, kata Fadli Zon, semua pihak harus meningkatkan perhatian terhadap penderitaan minoritas Muslim di negara-negara anggota non-OKI. 

“Saya sendiri telah mendahului kunjungan PUIC ke Rohingya untuk menyampaikan secara langsung mengenai pengungsi Muslim Rohingya yang berjumlah lebih dari 1 juta orang,” jelas Fadli Zon.

“Penderitaan mereka diperparah oleh krisis politik yang sedang berlangsung di Myanmar,” paparnya.

Dijelaskan Fadli Zon Islam rahmatan lil alamiin sebagaimana tercantum dalam Al Anbiya ayat 107, artinya bahwa Islam adalah agama yang damai, aman, dan terlindungi. 

Selain itu, setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya sebagaimana diwahyukan dalam 10 ayat Al-Hujurat. 

Pesannya, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya luar biasa untuk mengakhiri krisis kemanusiaan ini.

Selanjutnya. Melindungi saudara-saudara Muslim dalam menciptakan perdamaian, dan sebagai bagian dari ketaatan pada ajaran Islam.

“Minggu lalu, kita merayakan Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina,” jelas Fadli Zon.

“Ini menandai dukungan komunitas internasional kepada rakyat Palestina kami. Kita perlu meningkatkan solidaritas dan hati nurani kita untuk menghentikan segala bentuk pemindahan manusia dari tanah air mereka dan untuk menciptakan prospek yang lebih cerah bagi anak-anak kita,” tutupnya.

Sumber