Fadli Zon: Penyerangan Lapas Sleman Bentuk Teror Pada Negara

Fadli Zon: Penyerangan Lapas Sleman Bentuk Teror Pada Negara

Fadli Zon Penyerangan Lapas Sleman Bentuk Teror Pada Negara

Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Fadli Zon, menegaskan bahwa peristiwa penembakan empat tahanan yang terjadi di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta pada sabtu dini hari kemarin, harus mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Fadli mendesak agar aparat mencari motif penyerangan dan penembakan, yang menewaskan empat tahanan tersangka kasus penusukan anggota Kopassus Kandang Menjangan Kartosuro, Sertu Heru Sentosa, di Kafe Hugo’s Yogyakarta itu.

“Terlepas dari motif yang melatarbelakanginya, kejadian brutal tersebut tak sepantasnya terjadi di negara hukum seperti Indonesia,” ujar Fadli kepada VIVAnews, Minggu 24 Maret 2013.

“Tak pernah kita dengar adegan semacam itu kecuali di film-film action,” tambah Fadli.

Peristiwa ini, lanjut Fadli, sungguh mengkhawatirkan dan memalukan di mana ada 17 orang bersenjata bisa masuk ke dalam Lapas dan melakukan aksi penembakan brutal. Insiden ini, katanya, mirip kejadian pada sebuah bangsa yang gagal atau dikuasai mafia. Negara tak berdaya dan lemah menghadapi kelompok bersenjata. Hukum tak berjalan dan kurang wibawa.

Oleh karena itu, pemerintah tak boleh menganggap aksi brutal ini sebagai hal yang sepele. “Kejadian ini merupakan bentuk teror kepada negara. Harus ada tindakan nyata dan cepat dari pemerintah untuk menanganinya, dan menjamin tak terulang lagi,” kata Fadli.

Sebagaimana luas diberitakan bahwa empat tahanan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tewas mengenaskan akibat diberondong tembakan belasan orang yang merangsek secara paksa ke Lapas, pukul 01.30 WIB, Sabtu 23 Maret 2013. Keempatnya belum sampai satu hari dititipkan Polda DIY ke lapas tersebut.

Empat orang ini adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Mambait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33). Tiga nama pertama tercatat sebagai warga Tegal Panggung, Yogyakarta. Sedangkan Dedi beralamat di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.