Fadli Zon: Moerdiono Adalah Guru Bagi Kami di Gerindra

TRIBUNNEWS.COM – Berjam-jam, ketika masih sehat, mantan Mensesneg era Orde Baru, Moerdiono sempat mencurahkan pikirannya, apakah tidak lebih baik, pemerintah Indonesia meminta pengakuan secara de jure kepada Kerajaan Belanda,tentang kemerdekaan.

Berbagai argumentasi diungkap Pak Moer ketika itu, yang ia anggap pengakuan secara resmi dari Kerajaan Belanda amatlah diperlukan, tentang kemerdekaan bangsa Indonesia. Moerdiono rela berjam-jam berdiskusi pada 20 Mei tahun lalu, tentang apakah Indonedia perlu menutntut de jure. Kini, ide itu belum juga terealisasi. Pak Moer menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Gleaneagles, Singapura. menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 18.37 karena menderita kanker paru stadium tiga.

Sedianya, menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon jenazah almarhum Moerdiono akan tiba di Jakarta. Fadli yang juga teman dekat, murid sekaligus teman ngobrol Pak Moer ini menjelaskan, jenazah kemungkinan akan di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

“Waktu beliau masih sehat, wawasannya tentang berbangsa dan bernegara selalu ia ungkap. Ia adalah guru bagi kami. Sekaligus, tokoh penting bagi perjuangan kami di Partai Gerindra,” ungkap Fadli Zon kepada Tribun, Jumat (07/10/2011). Namanya sempat kembali menjadi pembicaraan di dunia politik saat resmi bergabung, dan menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Gerindra. Pak Moer adalah Mensesneg era Orde Baru yang dijabat dua kali, periode Kabinet Pembangunan V (1998-1993) dan Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Semasa hidup, Moerdiono adalah tokoh yang dikenal begitu dekat dengan mantan Presiden Soeharto. Pria kelahiran Banyuwangi 19 Agustus 1934 ini, sempat meredup.