Fadli Zon : Dibanding Negara ASEAN, Kualitas Gizi Anak Indonesia Masih Buruk

Fadli Zon : Dibanding Negara ASEAN, Kualitas Gizi Anak Indonesia Masih Buruk

Fadli Zon Dibanding Negara ASEAN, Kualitas Gizi Anak Indonesia Masih Buruk

Pemerintah diharapkan bekerja lebih keras dalam meningkatkan kualitas gizi nasional. Pasalnya, menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, kualitas gizi anak indonesia saat ini masih memprihatinkan bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

“Hari ini, 25 Januari, merupakan Hari Gizi Nasional. Pemenuhan gizi masyarakat merupakan hal fundamental bagi pembangunan bangsa. Kualitas gizi anak Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Dibanding negara-negara ASEAN, kualitas gizi Indonesia masih jauh dari cukup,” ujar Fadli seperti dikutip dari pers rilis yang diterima SOROTnews.com, Jumat (25/1/2013).

Lebih lanjut, Fadli menambahkan bahwa hal ini bertolak belakang dari Indonesia yang merupakan bangsa yang kaya sumber daya pangan, namun kualitas pemenuhan gizinya masih sangat rendah.

“Kondisi ini paradoks, bangsa yang kaya sumber daya pangan, namun kualitas pemenuhan gizinya sangat rendah. Anak-anak Indonesia adalah generasi penerus. Mereka harus hidup layak gizi agar bangsa ini menjadi bangsa yang sehat dan kuat,” tambahnya.

Karena itu, pemerintah harus kerja keras meningkatan kualitas gizi nasional. Seperti percepat swasembada susu, telur, dan daging serta batasi kuota impor.

Sementara itu, Forum Pecinta Anak (Forcita) merilis data jumlah penderita gizi buruk. Pasalnya, ada 8 juta atau 35 persen dari 23 juta balita Indonesia menderita gizi buruk kategori stunting, artinya hampir separuh balita memiliki badan lebih rendah daripada standar tinggi badan balita seumurnya.

“Sedangkan 23 juta balita itu, 900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persennya menderita gizi buruk,” ungkap Pembina Forcita,
Siti Rubaidah dalam tulisanya yang dimuat salah satu media daerah.

Sedangkan data Unicef pada tahun 2006, jumlah balita penderita gizi buruk di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta jiwa. Sedang pada tahun 2005 jumlahnya hanya 1,8 juta jiwa.

Jumlah tersebut belum termasuk anak-anak yang menderita kekurangan gizi mikro, yaitu zat besi, yodium dan vitamin A yang menyebabkan kekeringan selaput ikat mata karena kekurangan vitamin A.