Fadli Zon: Budaya Membentuk Identitas Sebuah Bangsa

Fadli Zon: Budaya Membentuk Identitas Sebuah Bangsa


Budaya sebagai tonggak peradaban membentuk identitas sebuah bangsa. Identitas budaya ini menjadi landasan untuk mengokohkan karakter bangsa.

Demikian dikatakan Fadli Zon, Budayawan dan Pemerhati Seni yang tampil sebagai Pembicara Istimewa dalam Seminar Nasional “Jelajah Kreativitas Seni dan Budaya” yang diselenggarakan Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang bekerjasama dengan Rumah Budaya, Kamis (1/11/2012), di Ball Room Rumah Budaya, Aie Angek, Sumatera Barat.

Dia juga menekankan pentingnya kreativitas budaya dan pemberian perhatian (penghargaan) kepada pelaku seni dan karyanya di era globalisasi hari ini. Kepeduliaan terhadap produk seni dan produk budaya itu, harus menjadi perhatian bersama.

“Kita agaknya harus ‘berterima kasih’ kepada negara lain yang mengklaim produk budaya kita, Reog Ponorogo misalnya. Seniman-seniman Reog nyaris hilang, namun karena klaim itu pemerintah Indonesia mulai memberi perhatian kembali kepada aset-aset budaya kita,” ujar Fadli Zon.

Guru Besar ISI Surakarta, Victor Ganap, menyorot peneliti seni yang diharapkan menjunjung tinggi seni tradisi sebagai warisan budaya melalui pemahaman kearifan lokal dan tradisi lisan budaya Nusantara.

“Peneliti seni hendaknya dapat mensosialisasikan hasil penelitiannya pada jurnal nasional dan internasional,” katanya.

Menurut Victor, peneliti seni dapat meningkatkan peran lembaga pendidikan yang memiliki posisi strategis bagi pelestarian seni tradisi melalui pembelajaran muatan lokal pada kurikulum sekolah.

“Karena lembaga pendidikan mampu memberikan patronasi terhadap seni tradisi, sebagai institusi yang dapat memperkenalkan anak pada tradisi budayanya sendiri,” katanya.

Sementara itu, Guru Besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Edi Sedyawati, berbicara soal seni pertunjukan. Menurutnya, seni pertunjukan perlu mendapat perhatian dari segi kualifikasi pentas, yang amat beragam, dari sasaran di tanah hingga panggung di rumah gadang.

“Bagi bangsa Indonesia yang multi-etnik ini, kiranya perlu diciptakan dan senantiasa dijaga keleluasaan ruang gerak bagi masing-masing ranah, yang nasional Indonesia dan khas etnik dalam seni pertunjukan kita,” katanya.

Ediwar, dari ISI Padangpanjang dalam menyampaiannya menyebutkan pentingnya kritik seni yang meluas dan dinikmati publik. Banyak produk-produk seni yang miskin kritik, baik dilakukan pemerhati seni maupun wartawan media massa.

“Kritik seni ini penting untuk menunjukkan kualitas produk seni dan budaya yang dihasilkan itu,” katanya.

Selain Fadli Zon, sebagai Pembicara Istimewa, juga diundang Datuk Suhaimi Mohd. Zain (Pakngah Production Kuala Lumpur), yang menyampaikan makalah dengan topik “Penciptaan Musik Melayu: Suatu Pengalaman”.

Dia menyebutkan, musik-musik Malaysia secara keseluruhannya banyak dipengaruhi oleh musik dari negara jiran, salah satunya Indonesia.

“Musik Malaysia telah melalui proses evolusi di mana permainannya telah menjadikannya satu bentuk permainan tersendiri. Proses inilah yang menjadikan musik Malaysia unik dan berbeda dari permainan asalnya,” katanya.

Narasumber lainnya tampil Daryusti (ISI Padangpanjang), dengan judul makalah Personality and Cultural of Dance. Kemudian, Rosta Minawati (ISI Padangpanjang) dengan makalah Pentas (Kolonial), Subaltern, dan Kajian Budaya. Serta, Nursyirwan (ISI Padangpanjang) dengan makalah Seni Pertunjukan di Minangkabau. Acara yang dihadiri peserta mahasiswa Pascasarjana ISI Padangpanjang dan peminat seni budaya di Sumatera Barat ini dimoderatori Febri Yulika. (rel)