
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengajak semua negara untuk mengakhiri perang yang masih terjadi di beberapa negara.
Hal itu dikemukakan Fadli Zon dalam pidatonya selaku Ketua Delegasi DPR RI dalam pidatonya saat sidang Parlemen Dunia/133rd Inter-Parliamentary Union, di Jenewa, Swiss, Senin (19/10/2015).
Selain itu, Fadli Zon juga menyoroti soal pengungsi yang lari dari perang dan konflik di berbagai belahan dunia seperti Timur Tengah, Afrika, hingga Asia Tenggara.
Gelombang pengungsi telah memicu tantangan dan dampak sosial, serta identitas nasional negara asal pengungsi maupun negara penerima. Untuk itu, ia menegaskan dibutuhkan kesepakatan yang disetujui negara dunia untuk mengatasi gelombang pengungsi.
“Indonesia mendesak negara konvensi untuk secara penuh mengintegrasikan pelaksanaan prinsip-prinsip HAM dalam mengatasi pengungsi” ungkap Fadli Zon.
Walaupun bukan negara pihak konvensi pengungsi, Indonesia telah membuktikan komitmennya dalam menangani pengungsi. Komisioner PBB untuk pengungsi (UNHCR) mencatat per Agustus 2015, Indonesia menerima 13.110 pengungsi dan pencari suaka.
“Sejarah peperangan dan nilai solidaritas yang kami miliki mengajarkan bahwa kemanusiaan ada tanpa sebab apapun. Karena itu, kami menerima dan memperlakukan pengungsi dengan baik. Di Aceh, kami menyediakan perlindungan bagi lebih dari 1.300 warga Rohingya. Kami mengajak solidaritas internasional untuk bekerja kolektif menyelesaikan masalah pengungsi” tegas Fadli Zon.
Politisi Partai Gerindra ini juga menyoroti soal pengungsi Palestina yang hidup di kamp pengungsi Suriah. Dia mendesak perlunya dilakukan langkah-langkah internasional yang baru untuk menghentikan perang dan konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia.
“Untuk menyelesaikan perang dan konflik, Dewan Keamanan PBB harus menjadi wadah yang memegang teguh nilai-nilai dan prinsip piagam PBB. Rasa kemanusiaan sejatinya memanggil kita untuk mengakhiri beragam peperangan dan konflik” tutup Fadli Zon.