Evaluasi Operasi Densus 88!

Evaluasi Operasi Densus 88!

Evaluasi Operasi Densus 88!Densus 88 melakukan operasi penangkapan terduga teroris di beberapa kota. Di Bandung berlangsung sekitar 8 jam, hasilnya 3 terduga teroris tewas. Operasi juga dilakukan di Tangerang Selatan, Kendal dan Kebumen. Hasilnya, 13 orang ditangkap dan 7 orang terduga tewas.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, tindakan Densus 88 patut diapresiasi. Namun di sisi lain, operasi berdurasi panjang, patut dievaluasi dan diaudit. Kenapa begitu lama? Dan sudahkan sesuai prosedur? Apakah memang bisa diliput live oleh media?

“Operasi didukung aparat cukup banyak, yakni 18 orang tim Densus 88 dibantu tim Polda Jabar dan Polres Bandung. Operasi harusnya bisa lebih singkat. Apalagi jumlah terduga teroris jauh lebih sedikit dan minim perlawanan,” kata Fadli dalam keterangan pers kepada Aktual.co, Jumat (10/5).

Peluru royal sekali berhamburan tapi terlihat satu arah. Apakah memang ada baku tembak? “Tak perlu rakyat disuguhkan ‘Teroristainment’. Berbahaya,” imbuhnya.

Operasi terbuka dan panjang seperti ini, bisa memicu radikalisme baru atau dendam lebih hebat dari kerabat dekat, apalagi kalau diyakini belum tentu mereka benar-benar teroris. Status baru terduga saja.

“Prosedur operasi penangkapan teroris juga harus memperhatikan aspek penegakan hukum dan HAM,” tambahnya.

Seseorang yang baru menjadi terduga, harusnya diberi hak untuk keadilan. Kadang perlakuan di lapangan terhadap seseorang yang baru saja terduga teroris kurang memperhatikan kaidah HAM, padahal ditonton oleh publik. Seperti terjadi kesalahan pemukulan terhadap warga, dalam operasi penangkapan teroris di Karanganyar 2012 lalu.

“Pemberantasan terorisme, harus diiringi pencegahan sistemik. Kemiskinan dan ketidakadilan, kunci utama kenapa benih radikal teroris masih mudah bermunculan. Upaya balas dendam terhadap tindakan aparat yang represif, bisa juga menjadi alasan munculnya kembali aktivitas radikal teroris,” ujarnya.

Tokoh-tokoh agama perlu dilibatkan agar ada persuasi. Jangan ulang kesalahan kekerasan di Guantanamo dan Abu Ghuraib.