Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Harus Batasi Kuota Impor

Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Harus Batasi Kuota Impor

Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Harus Batasi Kuota Impor
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menyatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia 2012, yang tercatat defisit merupakan suatu hal yang mengejutkan.

Badan Pusat Statistik mencatat defisit perdagangan tahun lalu mencapai US$1,33 miliar.

“Ini pertama kali terjadi sepanjang sejarah. Bahkan, ketika krisis ekonomi 1997-1998 saja kita surplus,” ujar Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional HKTI, Fadli Zon kepada VIVAnews, Rabu 30 Januari 2013.

Menurut Fadli, defisit tersebut merupakan defisit terburuk sejak tahun 1961. Hal ini terjadi, karena ekspor Indonesia menurun sedangkan impor melonjak. Ekspor turun sebesar 4,6 persen, sedangkan impor meningkat sebesar 9,92 persen.

Langkah strategis, lanjut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, jelas diperlukan untuk menangani defisit ini. Seperti, pola perdagangan Indonesia harus ditata ulang.

“Harus ada National Trade Policy yang bersandar pada kepentingan nasional,” kata Fadli.

“Selama ini, kita membuka sebesar-besarnya perdagangan bebas tapi karena daya ekspor dan daya saing kurang, akhirnya malah menjadi pasar bagi produk-produk asing,” tambahnya.

Fadli menilai, jika pemerintah masih menerapkan pola perdagangan yang lebih tinggi impor dibanding ekspor di tahun ini, Indonesia tetap mengalami defisit. Perkiraan ekspor Indonesia 9,22 persen, namun impor bisa mencapai 9,24 persen.

“Pemerintah perlu menekan kuota impor. Pembatasan kuota impor seperti horltikultura perlu dipertahankan. Selain itu, pembatasan impor barang modal dan migas juga perlu ditekan. Sebab, dua komoditas tersebut tahun lalu mengalami peningkatan impor,” kata dia.

Fadli menambahkan, penguatan industri domestik sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri. Indonesia, menurutnya, tidak perlu impor bahan baku dari luar, mengingat semua tersedia di dalam negeri.

Realisasi impor bahan baku mencapaii Rp313,2 triliun dibanding target awal Rp283 triliun. Selama ini, investasi modal selalu diiringi impor bahan baku. “Inilah yang menyebabkan defisit,” kata Fadli.

Untuk itu, menurut Fadli, pemerintah perlu segera mengevaluasi tata investasi dan perdagangan bebas yang diterapkan. “Pola perdagangan bebas saat ini terbukti tak mampu mendorong performa ekonomi nasional, sehingga hal ini harus dicegah agar neraca perdagangan kita tidak defisit terus-menerus,” kata Fadli.