Dari Loknas Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani: Pemberantasan Kemiskinan Dimulai dari Keluarga

Lembaga penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) dan Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan (PPGK) Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan lokakarya nasional selama dua hari, Rabu-Kamis (6-7) dengan mengangkat tema “Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemisikinan”. Lokakarya berlangsung di Gedung Widyaloka Lantai 2.

Ketua Pelaksana Dr. Ir. Sri Minarti menyampaikan, lokakarya nasional ini dihadiri 287 peserta yang berasal dari perguruan tinggi, balai penelitian, organisasi wanita, gabungan kelompok tani, mahasiswa dan kalangan umum. “Latar belakang diadakannya lokakarya karena keprihatinan kami dengan masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Terutama di pedesaan yang sebagian besar adalah keluarga petani.” tuturnya. Minarti berharap, dengan adanya lokakarya semua peserta bisa menyamakan visi dan misi dalam upaya pengentasan kemiskinan keluarga petani, melalui peningkatan potensi keluarga petani.

Rektor UB Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito yang membuka kegiatan ini menyampaikan, peran perguruan tinggi sebagai pelopor dan penggerak pembangunan harus bisa membantu para petani. “Riset-riset yang telah dihasilkan harapannya bisa memberikan peluang usaha untuk masyarakat ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu Prof Dr Ir Sri Kumalaningsih menuturkan, setiap keluarga memiliki potensi, sumber daya manusia dan utilitas (listrik, air, rumah, lahan). Potensi ini dapat dikembangkan oleh keluarga petani dengan pihak akademisi sebagai pendamping. Dalam pendampingan ini, keluarga petani diberikan modal untuk melakukan sebuah usaha. Modal ini bisa berasal dari perusahaan yang melakukan CSR, koperasi dan sebagainya. Modal tersebut kemudian dikembangkan dan pada akhirnya nanti dapat digulirkan kepada keluarga petani lainnya. “Karenanya, pemberantasan kemiskinan bisa dimulai dari keluarga,” pungkasnya.

Lokakarya menghadirkan Sekretaris Jendral Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon, SS., MSc. Pada kesempatan itu Fadli menyampaikan, besarnya tingkat kemiskinan di pedesaan akan memberikan efek terhadap jumlah kemiskinan Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak desa dan sebagian penduduk tergantung pada sektor pertanian. “Akibat kemiskinan di pedesaan, mendorong  warga desa melakukan urbanisasi mencari pekerjaan ke kota. Hal ini seperti memindahkan kemiskinan dari desa ke kota,” ujar Fadli.

Lebih lanjut Fadli memaparkan tentang pentingnya pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi petani. Kualitas petani, peternak dan nelayan Indonesia masih rendah dibandingkan dengan kelompok lain. “Sekitar 80 persen petani memiliki tingkat pendidikan formal hanya sampai tamat SD. Tidak  sekolah sama sekali. Perlu usaha percepatan dan peningkatan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, bagi perbaikan sumber daya petani,” pungkas Fadli.

Sedangkan Manajer Umum Puspa Agro Abdullah Muchibuddin, SE., MAk., menyampaikan tentang sentralisasi pasar komoditi untuk peningkatan produktivitas pertanian.  Menurut Abdullah, permasalahan petani agro saat ini diantaranya masih adanya ketimpangan antara permintaan terhadap ketersediaan produk. Keseragaman mutu produk, penanganan produksi yang masih konvensional dan alur distribusi, masih belum terorganisir. “Puspa Agro berperan sebagai pusat distribusi produk para petani,” ungkapnya. Selain itu, Puspa Agro bisa dijadikan sebagai wisata pasar agribis, wisata pendidikan, penelitian produk-produk pertanian dan perikanan serta pengembangan teknologi.