Belum Ada buku yang Bahas Tentang Sejarah Parlemen

Belum Ada buku yang Bahas Tentang Sejarah Parlemen

Bidang Arsip dan Museum (Armus) Sekretariat Jenderal DPR RI mengadakan acara bedah buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen” yang dilaksanakan secara daring, dalam rangka memperingati Hari Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober dan Hari Parlemen yang jatuh pada tanggal 16 Oktober.

Hadir sebagai keynote speaker dalam acara tersebut, Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon yang juga sebagai inisiator atau penggagas ide dari buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen”. Fadli bersyukur dan berterima kasih karena buku yang ditunggu-tunggu itu akhirnya bisa hadir.

“Idenya dahulu adalah ketika ada rencana untuk perbaikan Museum DPR. Saya pikir memang perlu ada penulisan sejarah tentang parlemen. Karena buku tentang parlemen masih sangat jarang,” ucap Fadli, Kamis (8/10/2020).

Dikatakan Fadli, belum ada satu buku pun yang membahas secara lebih komprehensif tentang sejarah parlemen. Oleh karenanya pada tahun 2017 lalu, Fadli menggagas ide untuk dibuat buku tentang sejarah parlemen tersebut. Hingga akhirnya dibentuk sebuah tim yang diketuai oleh Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum. (Guru Besar Sejarah Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia).

“Memang situasi untuk melakukan riset ini cukup terbatas. Namun (seperti kata pepatah) seribu langkah selalu dimulai dari satu langkah. Percuma kita mempunyai mimpi tetapi mimpi tersebut tidak pernah diwujudkan. Saya ucapkan terima kasih kepada Profesor Susanto Zuhdi dan rekan-rekan sejarawan yang telah bersusah payah merumuskan dan menyusun buku ini hingga menjadi lima jilid, serta kepada Pimpinan DPR (periode kepemimpinan sebelumnya). Semoga diskusi ini bisa memberikan wawasan yang lebih baik tenatng parlemen ke depan,” harap politisi Partai Gerindra itu.

Sebagai informasi, pada tahun 2019 lalu, Sekretariat Jenderal DPR RI menerbitkan buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen”. Buku tersebut diterbitkan untuk memperingati 100 tahun Indonesia memiliki lembaga parlemen dalam sistem politik dan pemerintahan modern. Hal ini mengacu pada pertama kalinya Volksraad (Dewan Rakyat) bersidang pada 21 Mei 1918, yang sebelumnya, para anggotanya dilantik pada 18 Mei 1918.

Setelah itu, dari masa penjajahan Jepang hingga sekarang, lembaga parlemen di Indonesia, masih aktif berperan menyuarakan aspirasi rakyat dan memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pembangunan politik dan pengembangan kehidupan berdemokrasi, melalui bidang legislatif.

Penerbitan buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen”, bertujuan untuk mengungkap sejarah lembaga parlemen di Indonesia yang diharapkan dapat menjadi rujukan utama oleh publik, khususnya, para peneliti yang konsen terhadap sejarah dan peminatan terhadap lembaga parlemen di Indonesia.

Pengerjaan buku ini dikerjakan secara kolaboratif antara Sekretariat Jenderal DPR RI dengan tim dari Departemen Sejarah Universitas Indonesia.

Dalam proses pengerjaannya dilakukan secara serius dan rinci untuk mendapatkan hasil yang maksimal, utuh, komprehensif, dan bermutu baik. Setelah buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen”, terbit pada Oktober 2019, maka, perlu ada sosialisasi atau pengenalan buku ini agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh publik. Salah satu bentuk sosialisasinya adalah program Bedah Buku yang diselenggarakan oleh Museum DPR RI.

Adapun tujuan utama dari program Bedah Buku ini, selain memperkenalkan buku ini kepada publik, juga ingin mengetahui opini atau saran terkait dengan kekurangan maupun kelebihan dari isi buku, baik dari para pembedah maupun partisipan yang mengikuti program Bedah Buku. Museum DPR RI sendiri berperan menjadi penggerak dalam sosialiasi buku ini.

Turut hadir sebagai pembedah buku “Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen”, baik secara fisik dan virtual yaitu Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum. (Ketua Tim Buku Satu/Guru Besar Sejarah Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Maiza Elvira, M.Hum. (Peneliti sejarah dari Center for Strategic and International Studies /CSIS), dan Bonnie Triyana (Pemimpin Redaksi historia.id).

Sumber