Bahaya Inflasi Tinggi Menanti

Bahaya Inflasi Tinggi Menanti

Bahaya Inflasi Tinggi Menanti

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan ancaman inflasi tinggi kini sudah di depan mata. Paling tidak itu dapat dilihat indikasinya pada level inflasi Maret lalu, mencapai 0,75 persen secara bulanan atau 5,31 persen dalam setahunan.

Bila dibanding periode yang sama selama lima tahun terakhir, ini inflasi paling parah. Cukup tinggi dibanding negara-negara kawasan.

Fadli menjelaskan dengan situasi ini, target inflasi 2013 yang ditetapkan pemerintah sebesar 4.9 persen, kemungkinan besar meleset.

Lonjakan inflasi ini, mengutip laporan BPS, penyumbang terbesarnya ialah harga produk pertanian dan hortikultura yang tak wajar. Seperti bawang merah, bawang putih, daging sapi dan cabai rawit. Sektor inilah yang menyumbang inflasi paling besar yakni 0,51 persen.

Selain itu, kenaikan inflasi memang disebabkan pula oleh kenaikan TDL dan upah pekerja.

“Namun fakta ini menunjukkan bahwa sektor panganlah penyumbang terbesar. Ini berarti bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis. Sehingga, ketakseriusan pengelolaannya, akan membuat inflasi melonjak dan berada pada level yang buruk,” ujarnya kepada Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (12/4/2013).

Berkaca pada situasi itu pula, menurutnya, perhatian pemerintah terhadap politik pangan harus ditingkatkan. Termasuk di dalamnya penghapusan kartel, sistem importasi yang akurat, penghitungan data pangan yang tepat, manajemen distribusi, pemberian bibit unggul pada petani, peningkatan kualitas infrastruktur transportasi, harus dilakukan dalam mengantisipasi lonjakan harga pangan seperti kemarin.

“Jika tak segera dilakukan, maka kondisinya akan bertambah buruk,” tegas dia.