
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon merayakan ulang tahun ke-45 dengan menggelar peluncuran buku berjudul Fadli Zon Menyusuri Lorong Waktu.
Sesuai judulnya, buku tersebut berisi cuplikan kisah perjalanan hidupnya sejak kanak-kanak hingga hari ini.
Fadli mengatakan, buku tersebut merupakan bentuk ungkapan terima kasih kepada ibunda, Ellyda Yatim. Di mata Fadli, ibu merupakan sosok yang sangat berharga dalam hidupnya.
“Pada peluncuran buku saya, saya hadiahkan buku ini buat ibu saya,” kata Fadli, ketika ditemui di Hotel Red Top, Jakarta Pusat, Rabu (1/6/2016).
Acara peluncuran buku tersebut dihadiri oleh tamu kehormatan dari berbagai kalangan. Tampak di antara undangan, Ketua DPR RI Ade Komarudin, Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan dan Agus Hermanto, Ketua DPD RI Irman Gusman, serta Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad.
Selain itu, terlihat juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Yuddy Chrisnandi.
Tidak hanya dari dunia politik, terlihat juga tamu undangan dari berbagai latar belakang seperti budayawan, seniman, dan lain sebagainya.
Pria keturunan Minang ini mengungkapkan, buku setebal 522 halaman tersebut merupakan rangkaian perjalanan hidupnya selama 45 tahun. Berbagai kejadian penting dalam hidupnya, dituangkan ke dalam buku tersebut.
Ada beberapa pengalaman hidup yang sangat membekas dalam benak Fadli Zon. Pertama, soal dua kecelakaan beruntun hebat yang menimpanya saat masih duduk di kelas dua SMP.
Kecelakaan pertama terjadi pada Februari 1986. Ketika itu, mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan kaki Fadli patah. Dia terpaksa dirawat selama tiga bulan di rumah sakit.
Berselang tiga bulan setelah keluar dari rumah sakit, Fadli kembali mengalami kecelakaan hebat. Tragisnya, kecelakaan tersebut merenggut nyawa sang ayah, Zonwir atau Zon Harjo.
Semenjak kejadian tersebut, secara tidak langsung berdampak terhadap perekonomian keluarga. Sang ibunda pantang menyerah. Ibunda menginginkan Fadli dan kedua adiknya tetap menempuh pendidikan.
Tak mau membebani ibunda, Fadli mencari beasiswa. Dia kemudian tumbuh menjadi pemburu beasiswa hingga berhasil menempuh pendidikan ke Amerika.
Apa yang dilakukan Fadli semata untuk mewujudkan impian ayahnya. Kini Fadli bisa bernapas lega karena ‘utang’ kepada mendiang ayah terbayar lunas.
“Saya mensyukuri, apa yang diinginkan ayah saya yang meninggal 35 tahun lalu sudah tercapai. Ayah ingin saya jadi sarjana dan ikut pertukaran pelajar. Utang saya sudah selesai. Juga utang kepada ibu saya,” tutur Fadli.
Saat ini, Fadli yang dulu menjadi pemburu beasiswa telah menjelma sebagai anggota dewan yang mengabdi untuk rakyat. Fadli dipercaya oleh partainya menjadi Wakil Ketua DPR RI.
Menjabat sebagai pimpinan tertinggi di DPR, Fadli dikenal sangat kritis terhadap berbagai kebijakan yang dianggap tidak sesuai dengan pemahamannya. Tak heran jika banyak pihak yang tidak sejalan dengan sifat kritisnya tersebut.
“Saya tidak pernah ngoyo, yang terpenting kita berbuat yang terbaik. Kalau merasa benar, ucapkan benar. Sebagai (anggota) DPR dan wakil ketua, dijalankan sebaik-baiknya. Saya memasuki lorong-lorong waktu,” kata pria berkacamata ini.
Kembali kepada niat awalnya meluncurkan buku, Fadli mempersembahkan buku perdananya itu kepada ibunda tercinta.
Selain peluncuran buku, ada hal menarik dalam perayaan ulang tahun Fadli Zon. Dalam beberapa tahun terakhir, Fadli selalu menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).
Tahun ini, Fadli Zon dinobatkan sebagai kolektor rokok terbanyak, kolektor wayang golek terbesar, dan penggagas wayang Minang.